Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Progres Terkini Pembangunan Pabrik Minyak Sawit Merah

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebutkan bahwa saat ini pihaknya tengah menunggu DED mesin yang akan digunakan di pabrik minyak sawit merah untuk selanjutnya memulai produksi.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki di Jakarta, Jumat (19/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki di Jakarta, Jumat (19/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pembangunan pabrik minyak sawit merah/minyak makan merah (red palm oil/RPO) dengan sistem koperasi direncanakan mulai pada Januari mendatang. 

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop-UKM) Teten Masduki mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memulai pembangunan pabrik di awal 2023. 

“Saya mengusulkan Januari sudah mulai pembangunan pabriknya,” ujarnya dalam Keterangan Pers Menkop-UKM, Senin (18/7/2022). 

Dalam paparannya, Teten menyebutkan bahwa saat ini mesin yang nantinya akan digunakan masih berbentuk prototype. Untuk itu Teten meminta kepada kepada Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk membuat detail engineering design/DED yang merupakan gambar detail dari mesin tersebut. 

Dia menargetkan pada Agustus 2022 DED akan segera masuk dan mulai tahap produksi mesin yang nantinya menjadi proyek pilot.

“Sekarang mesin produksinya di PKS masih prototype, saya targetkan DED-nya dari mesin PKS ini Agustus paling lambat lalu masuk pada tahap produksi, mungkin di BUMN atau swasta,” lanjutnya. 

Setidaknya untuk satu pabrik tersebut membutuhkan 1.000 hektare lahan sawit dengan total panen 50 ton per hari. Dari 50 ton tersebut diharapkan menghasilkan 10 ton minyak sawit merah per harinya.

Untuk produksi satu hari tersebut membutuhkan investasi sebesar Rp23 miliar dengan return of investment (ROI) 4,3 tahun. Menurutnya, investasi tersebut dimanfaatkan untuk memproduksi 10 ton minyak makan merah per hari.

Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa koperasi petani sawit yang luas lahannya telah mencapai lebih dari 1.000 hektare, antara lain Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Artinya wilayah tersebut sudah dapat membuat pabrik mereka sendiri. 

“Tapi Pak Presiden sekali lagi minta piloting dahulu. Nanti kami putuskan [lokasinya],” katanya. 

Pada dasarnya, pabrik minyak sawit merah ini menggunakan sistem koperasi. Petani dapat menjual tandan buah segar (TBS) sawit kepada koperasi, sehingga para petani tidak kebingungan untuk menjual hasil panennya.

Selama ini, petani sawit terutama mandiri/swadaya kesulitan menjual kepada pabrik-pabrik kelapa sawit akibat terhambatnya ekspor yang menyebabkan tangki CPO penuh sehingga TBS dari petani tidak terserap.

Nantinya, petani swadaya tersebut dapat fokus menjual TBS untuk pabrik minyak sawit merah. “Secara angka kan 35 persen sawit produksi rakyat, kalau nanti minyak makan merah diterima di dalam negeri, sehingga yang industri bisa untuk ekspor, 35 persen cukup untuk kebutuhan minyak makan dalam negeri,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper