Bisnis.com, LABUAN BAJO - Krisis energi yang tengah menghantam Eropa akibat perang Ukraina vs Rusia membuat permintaan batu bara meningkat.
Adanya krisis tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa transisi energi bisa melambat lantaran ketergantungan terhadap energi fosil seperti batu bara kembali muncul.
Jerman misalnya, tengah kembali menghidupkan pembangkit listrik tenaga batu bara dan menyediakan pembiayaan untuk mengamankan pasokan gas, lantaran akses yang terbatas ke pasokan energi Rusia.
Bahkan, mengutip Bisnis, Jerman telah memesan 150 juta ton batu bara di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Chair of ETWG (Energy Transitions Working Group) Yudo Dwinanda Priaadi menegaskan, orang harus tetap mendapatkan listrik dan energi.
"Kita punya dua fundamental ketika bicarakan energi transisi: orang tetep harus dapat listrik dan energi. Itu basic sekali," katanya dalam konferensi pers 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo.
Baca Juga
Berbicara mengenai energy security, poin pertama yang perlu dibahas adalah bahwa energi tersebut harus affordable, dimana orang memiliki akses energi dengan harga terjangkau.
"Kalau mahal, tidak ada yang mengharapkan itu. Semua orang di dunia pikir demikian," ujarnya.
Poin kedua, dalam proses transisi energi, yaitu energy security sudah menjadi suatu dasar, sehingga harus jadi hal fundamental. Sehingga menurutnya, energy security selalu menjadi perhatian utama.
Dia mencontohkan, ketika suatu negara melonggarkan kebijakan mereka untuk kembali ke energi fosil, tentunya sudah mempertimbangkan energy security.
"Kalau kita perhatikan apakah ada perubahan dari net zero emission kapan tercapai? Kalau ternyata tidak ada, oh ini berarti cuma gas dan rem aja nih. Ada kalanya remnya dilonggarkan, tapi pasti akan ditekan lagi," jelasnya.
Menurut Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, sepanjang negara-negara Eropa tidak mengubah target net zero emission-nya, bisa dimaknai bahwa ini merupakan target jangka panjang.
"Di tengah jalan ya kita sedikit adjust lah," pungkasnya.
Meski ada kekhawatiran bahwa transisi energi bakal melambat, namun Yudo melihat sebaliknya.
Dia menyampaikan, selama pertemuan sebagian delegasi sepakat bahwa transisi energi harus dikebut. Sehingga menurutnya, transisi energi tidak bisa dibilang melambat.
"Misalnya kalau kita bisa pakai energi laut, itu dependensi dari energi luar kan sedikit. Jadi ini kesepakatan kita untuk mandiri. Setiap negara harus mandiri. Bahkan kalau misalkan kita ada surplus, kita bisa kirim ke negara lain," ungkapnya.