Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Tiga Panah Abenomics hingga Pamitnya Boris Johnson

Warisan Shinzo Abe hingga pamitnya Boris Johnson menjadi salah satu salah satu isu pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain itu beragam pemberitaan ekonomi dan bisnis lainnya juga disajikan dari meja redaksi secara mendalam dan analitik.
File Foto: Perdana Menteri Jepang dan pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa Shinzo Abe menghadiri konferensi pers setelah kemenangan dalam pemilihan majelis tinggi oleh koalisinya yang berkuasa, di markas besar LDP di Tokyo, Jepang. REUTERS/Toru Hanai/File Foto
File Foto: Perdana Menteri Jepang dan pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa Shinzo Abe menghadiri konferensi pers setelah kemenangan dalam pemilihan majelis tinggi oleh koalisinya yang berkuasa, di markas besar LDP di Tokyo, Jepang. REUTERS/Toru Hanai/File Foto

Bisnis.com, JAKARTA—Penembakan yang menewaskan mantan PM Jepang Shinzo Abe membangkitkan memori dunia tentang Abenomics. Istilah abenomics merujuk pada kebijakan ekonomi yang diterapkan Pemerintah Jepang di saat Shinzō Abe menjabat sebagai Perdana Menteri. Abenomics didasarkan pada "tiga panah" yakni pelonggaran moneter dari Bank of Japan, stimulus fiskal melalui pengeluaran pemerintah, dan reformasi struktural.

Abe tercatat sebagai perdana menteri terlama dalam pemerintahan Jepang. Dia juga menjadi PM Jepang termuda sejak perang dunia ke II. 

Kabar tersebut menjadi salah satu salah satu isu pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain itu beragam pemberitaan ekonomi dan bisnis lainnya juga disajikan dari meja redaksi secara mendalam dan analitik.

Berikut ini intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id Sabtu (9/7/2022):

1. Shinzo Abe Wariskan Tiga Panah Abenomics Untuk Jepang

Saat memerintah Jepang Abe menjadikan stabilitas ekspor sebagai focus. Abenomics mulai ditetapkan pada 2012 dengan target pertumbuhan dan instrumen mengatasi deflasi secara keseluruhan. Abenomics yang digambarkan sebagai pendekatan tiga panah ditetap dengan menyasar tiga target.

Pertama, mencetak mata uang tambahan sehingga menghasilkan inflasi moderat. Kebijakan membanjiri uang ke pasar ini mendorong produk Jepang lebih terjangkau oleh konsumen akibat nilai tukar yang melemah untuk ekspor. 

Panah kedua, Abenomics ada mencetak uang untuk merangsang permintaan dan konsumsi, baik untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek maupun mencapai surplus anggaran dalam jangka panjang. 

Panah ketiga, reformasi peraturan diarahkan untuk mendorong industri Jepang lebih kompetitif dan untuk mendorong investasi di dan dari sektor swasta. 

2. Sejauh Mana Kesiapan Uji Coba Bayar Tol Canggih Tanpa Berhenti?

Bulan Desember tahun ini, uji coba penerapan sistem pembayaran jalan tol tanpa harus berhenti atau yang disebut Multi Lane Free Flow (MLFF) mulai diterapkan. Dipastikan pada tahun depan, semua ruas jalan tol mulai diberlakukan sistem MLFF dalam transaksi pembayaran jalan tol.

Penerapan MLFF ini akan dilakukan secara bertahap dimana pada tahap awal dimulai dengan sistem transaksi non-tunai nirsentuh baru akan diterapkan pada satu lajur atau yang disebut Single Lane Free Flow (SLFF) dan masih menggunakan palang pada pintu tol. Selanjutnya, penerapan SLFF akan tanpa palang yang akan dilaksanakan di lima ruas jalan tol terlebih dahulu sebelum nantinya diterapkan MLFF untuk seluruh ruas jalan tol di tahun depan.

Tentu, penerapan sistem transaksi jalan tol tanpa harus berhenti ini tentu akan mengubah wajah jalan tol di Tanah Air. Pelayanan jalan tol pun dapat maksimal karena tak ada barrier berupa palang gerbang tol (GT) yang kerap kali menyebabkan kemacetan.

3.Harga Gandum Melandai, Daya Tarik Saham ICBP Makin Memikat

Daya tarik saham emiten konsumer Grup Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. masih sangat kuat di kalangan investor dan para analis. Emiten ini masih menjadi sasaran rekomendasi beli oleh kalangan analis, meski tengah dibayangi oleh tingginya harga bahan bakunya.

Pada sesi pertama perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/7), saham emiten dengan kode ICBP ini terpantau turun 1,85 persen ke level Rp9.300. Meski begitu, dalam 3 bulan terakhir saham emiten ini tercatat sudah meroket 28,28 persen, sedangkan sepanjang tahun berjalan naik 6,90 persen year-to-date (YtD).

ICBP menghadapi tantangan akibat gejolak harga gandum. Maklum, Rusia dan Ukraina yang adalah negara-negara penghasil gandum terbesar dunia kini sedang berkonflik, sehingga menghambat rantai pasok komoditas tersebut. Padahal, gandum adalah salah satu bahan baku utama produk mi instan yang diproduksi ICBP.

4.Boris Johnson Pamit Dengan Serangkaian Skandal

Penolakan rakyat dan tekanan kader Partai Konservatif akhirnya berhasil menendang Perdana Menteri Boris Johnson dari kursi kepemimpinan. Sayangnya, setelah 3 tahun memimpin, dia keluar dengan rentetan catatan skandal.

Johnson sejatinya masih kukuh mempertahankan posisinya dalam 48 jam terakhir sebelum akhirnya memutuskan mundur, menurut seorang sumber yang dilaporkan oleh Bloomberg, seperti dikutip Bisnis.com pada Kamis (7/7/2022).

Pada Rabu, dia bersikeras untuk mengisi peran yang kosong. Namun, tekanan internal terus berlanjut yang didahului dengan pengumuman pengunduran diri Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Said Javid.

Akhirnya, dia mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi Pemimpin Partai Konservatif pada Kamis di kantornya, 10 Downing Street. Untuk saat ini, Johnson masih berstatus sebagai Perdana Menteri sementara, tetapi pengunduran dirinya telah memacu pemilihan kandidat pemimpin partai.

5. Digitalisasi Penyaluran BBM Subsidi yang Terganjal Regulasi

Strategi digitalisasi penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melalui aplikasi yang tengah dikembangkan PT Pertamina (Persero) dinilai sudah sesuai dengan arahan pemerintah, sehingga subsidi komoditas tersebut diharapkan menjadi lebih tepat sasaran.

Kendati masih menimbulkan pro dan kontra, sejumlah kalangan memproyeksikan penggunaan aplikasi MyPertamina cukup efektif untuk mengendalikan subsidi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat yang lebih mampu agar menggunakan BBM nonsubsidi.

Hanya saja, perusahaan migas pelat merah yang ditugaskan mendistribusikan BBM bersubsidi itu masih belum bisa sepenuhnya menerapkan strategi digitalisasi, mengingat tak kunjung terbitnya aturan terkait dengan pembatasan pengguna komoditas energi tersebut. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper