Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Lanka Jadi Negara Bangkrut, Gas Langka & Listrik Padam Massal

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan negaranya kini bangkrut setelah menderita krisis ekonomi yang mengerikan dengan kekurangan segala sesuatu mulai dari obat-obatan hingga gas.
Bendera nasional Sri Lankan/ Bloomberg-Taylor Weidman
Bendera nasional Sri Lankan/ Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan negaranya kini bangkrut dan tekanan dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Warga pun kesulitan mencari bahan bakar untuk sehari-hari hingga harus menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Dilansir Channel News Asia, negara kepulauan dengan penduduk 22 juta orang tersebut telah mengalami inflasi selama berbulan-bulan dan pemadaman listrik yang berkepanjangan setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.

Wickremesinghe mengatakan negara yang pernah makmur itu akan mengalami resesi yang dalam tahun ini dan kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akan terus berlanjut.

"Kami juga harus menghadapi kesulitan pada 2023. Inilah kebenarannya. Inilah kenyataannya," ungkapnya, dikutip Rabu (6/7/2022).

Inflasi Sri Lanka mencapai 54,6 persen pada Juni 202 dan bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pengumuman kebijakan berikutnya pada Kamis untuk mengendalikan harga.

Wickremesinghe mengatakan pembicaraan bailout Sri Lanka yang sedang berlangsung dengan Dana Moneter Internasional (IMF) bergantung pada penyelesaian rencana restrukturisasi utang dengan kreditur pada Agustus.

"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara yang bangkrut. Oleh karena itu, kita harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," lanjutnya.

Sri Lanka yang dulu relatif kaya menderita krisis ekonomi yang mengerikan dengan kekurangan segala sesuatu mulai dari obat-obatan hingga gas. Warga kini terpaksa kembali menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Krisis ini dimulai pada awal tahun ketika lebih dari 1.000 dapur meledak di seluruh negeri, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai ratusan lainnya.

Alasannya adalah pemasok ingin memotong biaya dan meningkatkan kadar propana. Hal ini mengakibatkan tekanan gas meningkat ke level yang berbahaya. Namun saat ini, gas tidak tersedia atau terlalu mahal bagi kebanyakan orang.

Beberapa mencoba beralih ke kompor minyak tanah, tetapi pemerintah tidak memiliki dolar untuk mengimpornya bersama dengan bensin dan solar, yang juga kekurangan pasokan.

Warga yang yang membeli kompor listrik justru hanya bisa menggigit jari ketika pemerintah memberlakukan pemadaman listrik yang lama karena kehabisan dolar untuk mengimpor bahan bakar untuk pembangkit listrik.

Pemilik restoran pinggir jalan M G Karunawathi beralih ke kayu bakar dan mengatakan itu adalah pilihan antara menutup usahanya atau bertahan dengan asap dan jelaga.

"Kami menderita (menghirup asap) saat memasak dengan kayu bakar, tapi kami tidak punya pilihan. Juga sulit untuk menemukan kayu bakar dan juga menjadi sangat mahal,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper