Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi meminta pemerintah mewaspadai dan tidak terkecoh dengan keamanan surplus stok beras dan tetap memperhatikan kebutuhan beras dalam negeri.
Menurutnya, kondisi ekonomi global yang semakin membaik diprediksi akan meningkatkan permintaan pada komoditas pangan. Kondisi itu, ujarnya, akan mendorong pada kelangkaan beras pada jangka panjang.
"Dari hasil simulasi kami, di kuartal ketiga tahun 2023, itu sudah akan ada gejala kelangkaan beras," kata Faisal dalam keterangan kepada wartawan, Minggu (3/7/2022).
Ekonom dari Universitas Indonesia itu juga menyarankan pemerintah untuk terus memperhatikan kondisi global, tidak hanya melihat stok beras dalam negeri.
"Kemungkinan negara-negara besar di dunia kemungkinan akan memprioritaskan demand domestiknya. Dari sisi komoditas beras, Thailand, Vietnam kemungkinan akan menahan ekspornya dan menguatkan demand dalam negeri," katanya.
Hal itu merujuk pada pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyatakan berdasarkan data dan neraca yang dipaparkan pada rapat internal dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dimana stok beras per Desember 2021 sebanyak tujuh 7 juta ton ditambah stok Bulog lebih dari 1 juta ton masih aman.
Baca Juga
Di lain, Faisal mengatakan bahwa kerja sama regional juga harus ditingkatkan untuk menjamin keamanan stok komoditas pangan. Untuk menjamin kemanan stok beras dalam negeri, kata Fithra, peran Bulog juga ditingkatkan tidak hanya di level nasional, tetapi juga berperan di level regional.
"Kita dalam hal ini juga harus menguatkan Bulog, tidak hanya di level nasional tapi juga di level regional, bisa jadi semacam operator, sehingga stoknya aman," katanya.
Sebelumnya, pakar teknologi pangan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahrizal Yusuf Affandi mengungkapkan ketersediaan pangan dan wacana ekspor beras patut dikaji lebih mendalam.
Menurutnya, ada kemungkinan telah terjadi perubahan pola konsumsi sehingga kebutuhan atau suplai beras nasional sudah mencukupi sehingga ekspor bisa dilakukan.
"Jadi konsumen terutama di perkotaan sudah semakin meninggalkan beras," ungkap Fahrizal.