Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog memastikan stok beras dalam negeri mencukupi sehingga tidak akan impor hingga akhir 2022. Saat ini tersimpan di Gudang Bulog sebanyak 1 juta ton sampai 1,5 juta ton beras.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan alasan tidak akan impor beras lantaran cadangan beras pemerintah (CBP) dalam negeri sudah dapat terpenuhi.
"Empat tahun berturut-turut Indonesia tidak impor beras. Mudah-mudahan sampai akhir tahun ini juga tidak impor," ujar Budi Waseso dalam konferensi pers di kantor pusat Perum Bulog, Selasa (10/5/2022).
Pria yang akrab disapa Buwas itu mengatakan sampai saat ini jumlah stok beras yang tersimpan di gudang-gudang seluruh Indonesia sekitar 1 juta ton. Stok tersebut masih akan terus meningkat karena Bulog masih menyerap hasil panen petani.
"Jadi, stok beras ini akan terus bertambah,” ucap Buwas.
Menurut Buwas, setelah berhasil menjaga stabilitas harga dan pasokan beras selama libur Lebaran, pihaknya juga memastikan mampu memenuhi kebutuhan pangan lainnya, seperti daging beku, dan gula, kedelai dan jagung.
Baca Juga
“Bulog menjamin kebutuhan pangan yang tersimpan saat ini di gudang-gudang kami di seluruh Indonesia selalu tersedia di masyarakat dan kami akan menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk menjamin ketersedian pangan tersebut,” tuturnya.
Selain itu, kata Buwas, pihaknya juga akan berupaya untuk mengoptimalkan beras petani. Sehingga nantinya, Indonesia mampu mencapai kedaulatan pangan.
Adapun, saat ini Indonesia masih impor untuk beras khusus seperti ketan yang terbatas.
“Tapi untuk kebutuhan secara umum, memang kita tidak impor. Karena cukup. Bahkan sekarang kita sedang berpikir bagaimana supaya produksi pertanian khususnya beras, petani di kala panen raya harganya tidak jatuh. Kita harus membantu petani untuk produksi. Harganya yang paling penting itu bisa stabil,” ujarnya.
Ke depan, kata Buwas, Indonesia berupaya untuk bisa melakukan ekspor pangan, khususnya beras.
“Termasuk rencana kita mengekspor beras dari Merauke Ke Timor Leste, bisa terus kita jajaki. Jadi dengan kita memetakan seluruh wilayah produksi pangan kita, tidak hanya bicara beras, karena ada lainnya termasuk singkong, sagu, jagung dll,” jelasnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia secara terus-menerus mengimpor beras sejak periode 2000 hingga 2019. Data tersebut menggambarkan secara jelas bahwa telah terjadi impor beras sepanjang periode kepemimpinan Presiden Jokowi sejak 2014 hingga 2019 lalu.
Pada 2019, Indonesia tercatat mengimpor beras sebanyak 444.508 ton atau setara US$ 184,2 juta dolar. Beras asal Pakistan menjadi paling banyak diimpor yaitu sebanyak 182.564 ton