Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi industri pengolahan Tanah Air pada Mei 2022 bisa dikatakan cukup dinamis. Kendati melambat dibandingkan dengan April 2022, tetapi masih ada sektor yang mengindikasikan geliat ekonomi.
Mengacu data ekspor-impor Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis hari ini, Rabu (15/6/2022), industri pengolahan menjadi kontributor terbesar atas penurunan ekspor sektor nonmigas pada Mei 2022.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto memaparkan ekspor industri pengolahan turun sebesar 25,93 persen secara month-to-month (mtm) senilai US$14,14 miliar.
"Penurunan ekspor di industri pengolahan dikontribusi terutama oleh produk minyak kelapa sawit dan pakaian jadi atau konveksi," kata Setianto dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).
Perlu diketahui, keduanya tersebut merupakan tiga besar komoditas yang berkontribusi paling besar untuk ekspor Indonesia selama periode Januari - Mei 2022.
Setianto menjelaskan untuk produk minyak kelapa sawit nilai ekspornya tercatat mencapai US$9,6 miliar dengan volume 6,8 juta ton. Kemudian, pakaian jadi menyumbang nilai ekspor senilai US$3,4 miliar dengan volume 119.900 ton.
Sementara itu, komoditas besi dan baja menjadi kontributor terbesar terhadap ekspor industri pengolahan periode Januari - Mei 2022, dengan nilai mencapai US$12,5 miliar dan volume 5,2 juta ton.
Secara keseluruhan, nilai ekspor industri pengolahan pada Januari - Mei 2022 naik 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai ekspornya mencapai US$83,73 miliar.
Perlu diketahui, sektor industri merupakan kontributor terbesar untuk ekspor nasional secara keseluruhan selama periode Januari - Mei 2022 dengan pangsa 72,83 persen.
Kendati demikian, geliat ekonomi di industri pengolahan dalam negeri tidak seluruhnya melambat.
Dari segmen impor, BPS mencatat terdapat kenaikan terhadap produk pupuk. Pada Mei 2022, impor pupuk tercatat naik 12,78 persen secara bulanan dengan nilai US$45,1 juta.
Volume impor pupuk pada periode tersebut tercatat naik 14,39 persen. Hal tersebut pun mengindikasikan masih bergeliatnya industri pupuk dalam negeri.