Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan hulu minyak dan gas (Migas) tengah meraup keuntungan yang besar di tengah reli kenaikan harga komoditas energi itu yang masih berlanjut hingga pertengahan tahun ini.
Kendati demikian, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih belum berencana berinvestasi cukup intens pada upaya eksplorasi blok migas baru di dalam negeri.
Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan keuntungan yang lebar itu diperoleh dari harga minyak mentah dunia yang belakangan menyentuh di angka US$120 per barel pada awal pekan ini. Sementara itu, ongkos produksi minyak mentah per barelnya relatif tidak berubah signifikan di posisi US$15 hingga US$25.
“Marginnya besar sekali, bahkan Rusia saja bisa beri diskon 30 sampai 40 persen untuk penjualan minyak mentah mereka karena memang ongkos produksinya tetap sama tetapi kan harga jual sekarang sudah US$120 per barel,” kata Moshe melalui sambungan telepon, Selasa (7/6/2022).
Hanya saja, Moshe menuturkan, torehan pendapatan yang lebar itu tidak diikuti dengan rencana eksplorasi blok migas baru yang intensif pada tahun ini. KKKS disebutkan masih menghitung kembali biaya investasi yang mesti dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi tersebut. Alasannya, biaya eksplorasi blok baru di Indonesia relatif mahal jika dibandingkan dengan negara lain.
“Karena ini memang lapangan kita sudah tua jadi biayanya lebih mahal sementara yang berpotensi itu sudah mulai ke arah timur dan sudah ke arah laut lepas jadi kalau offshore pasti lebih tinggi biaya infrastrukturnya,” tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, sebagian besar wilayah kerja (WK) Migas di dalam negeri telah mengalami penurunan produksi alamiah. WK Migas itu lebih banyak berasal dari lapangan lama yang berumur lebih dari 25 hingga 50 tahun. Dengan demikian, biaya produksi dan pemeliharaan lapangan itu terus meningkatkan sementara kapasitas produksi terus melorot.
“Walau harga minyak tinggi sekarang, mereka tengah bersiap kalau harga minyak jatuh jadi tidak karena mereka dapat duit banyak langsung eksplorasi. Saat ini sentimen pasar lagi tidak menentu, banyak ketidakpastian,” tuturnya.
Sebelumnya, emiten Migas PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mendapatkan temuan minyak baru 115 juta barel dari blok KKS Malacca Strait. Melalui anak usahanya, PT Imbang Tata Alam (ITA), emiten berkode ENRG ini merupakan operator dan pemilik 100 persen working interest di blok KKS Malacca Strait. Perseroan memperkirakan biaya produksi temuan cadangan minyak itu secara komersial mencapai Rp2 triliun hingga Rp2,5 triliun di 2022 dan 2023.
Temuan minyak baru tersebut sedang dalam proses sertifikasi oleh Gaffney Cline & Associates, yang merupakan salah satu konsultan migas terkemuka di dunia. Berdasarkan pekerjaan Optimasi Pengembangan Lapangan Lanjutan (OPLL) di Lapangan TB, ITA juga berhasil menemukan tambahan jumlah minyak di tempat sebesar 41 juta barel.
Chief Executive Officer Energi Mega Persada Syailendra Bakrie mengatakan penemuan minyak baru tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja produksi dan keuangan perusahaan dalam waktu dekat.
"Dengan diselesaikannya aktivitas pemboran di lokasi temuan minyak baru tersebut, diharapkan ITA sebagai Operator dan pemilik working interest di blok KKS Malacca Strait dapat menjadi menjadi salah satu dari 10 produsen minyak terbesar di Indonesia," jelasnya, Senin (6/6/2022).