Bisnis.com, JAKARTA - Ketergantungan terhadap bahan baku impor masih menjadi masalah klasik yang dialami oleh industri tekstil dalam negeri.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan ketergantungan terhadap impor bahan baku tekstil mesti ditangani dengan konsistensi pemerintah dalam menerapkan safeguard bahan baku.
"Pemerintah harus konsisten dalam melakukan penerapan safeguard bahan baku, bahan penolong serta produk tekstil dan pakaian jadi dalam negeri," kata Faisal kepada Bisnis, Senin (6/6/2022).
Perlu diketahui, tahun ini pemerintah akan terus menerapkan safeguard bahan baku, bahan penolong serta produk tekstil dan pakaian jadi dalam negeri untuk memperkuat harmonisasi rantai pasok.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perindustrian (Kemenperin), volume tekstil yang diimpor pada Maret 2022 mencapai 132,15 ton. Angka tersebut, naik 7,45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume impor tekstil Maret 2022 juga lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2022, dengan kenaikan 11,18 persen.
Dalam Perpres No.74/2022 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN), terdapat beberapa bahan baku untuk industri hulu tekstil yang masih tergantung impor, di antaranya, kapas sebagai bahan baku utama sepenuhnya diimpor, bahan baku serat rayon berupa dissolving pulp, bahan baku serat poliester berupa paraxylena dan MEG.
Mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor komoditas tekstil mencapai US$728,35 juta pada Maret 2022 atau melonjak 38,01 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni Februari 2022. BPS mencatat kenaikan nilai impor komoditas tekstil yang juga cukup signifikan secara bulanan, yakni 23,33 persen.