Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai meski Purchasing Managers' Index (PMI) Mei 2022 melambat, kinerja manufaktur akan makin melaju sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pada bulan mendatang.
Peneliti di Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus menyampaikan hal tersebut dengan catatan, asalkan inflasi terkendali.
“Proyeksinya di bulan Juni ini ada dua asumsi, kalau inflasi lebih tinggi, khawatir terjadi perlambatan permintaan dan kinerja turun. Kalau harga bisa terkendali, daya beli masyarakat stabil, dapat mendorong produksi terus meningkat,” ujar Heri, Minggu (5/6/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2022 terjadi inflasi sebesar 0,4 persen. Kenaikan ini, kata Heri, relatif tinggi dalam tren kenaikan sepanjang tahun.
Artinya, apabila daya beli semakin baik, maka akan mendorong produksi mendekati seperti sebelum pandemi Covid-19 dan nantinya penyerapan tenaga kerja terutama di manufaktur akan membaik secara perlahan.
Data S&P Global menunjukkan adanya penurunan kinerja manufaktur di Mei 2022 menjadi 50,8 dari 51,9 di April 2022. Hal ini terjadi akibat pasokan dan permintaan yang berkurang setelah melewati masa lebaran, yang mana permintaan tertinggi terjadi di akhir April atau menjelang lebaran.
Heri mengatakan industri akan membuat agar struktur biaya dan produksi akan kembali normal. Alhasil secara otomatis akan meningkatkan permintaan input-input produksinya salah satunya tenaga kerja
“Memang implikasinya, produksi meningkat di sebuah industri diiringi dengan permintaan tenaga kerja yang lebih banyak baik itu secara kuantitas pekerjanya, maupun kuantitas secara waktunya,” lanjut Heri.