Bisnis.com, JAKARTA – Purchasing Managers’ Index (PMI) atau indeks manufaktur Indonesia menunjukkan penurunan sebesar 1,1 poin pada Mei 2022 dibandingkan dengan April 2022.
S&P Global PMI melaporkan pada Mei 2022 kinerja manufaktur Indonesia melemah menjadi 50,8 poin. Sebelumnya pada April 2022 indeks tersebut berhasil naik ke level 51,9.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melihat penurunan indeks manufaktur Indonesia dipastikan akan mengganggu penyerapan tenaga kerja.
Wakil Ketua Kadin Indonesia bidang Ketenagakerjaan Adi Mahfudz Wuhadji mengatakan penurunan kinerja manufaktur ini akibat kendala pasokan selama libur panjang Idulfitri 1443 H/2022 M.
“Libur panjang pasca Lebaran di tahun ini, serta adanya gangguan terhadap rantai pasokan sektor industri merupakan sebab terlambatnya penyerapan tenaga kerja,” jelas Adi, Minggu (5/6/2022).
Meski belum ada angka pasti terkait jumlah penyerapan tenaga kerja di Mei 2022, Adi optimis pemulihan akan terus terjadi di tahun ini. Terutama pemerintah juga terus menggenjot pemulihan ekonomi nasional.
“Tanpa pertumbuhan ekonomi, tidak mungkin penyerapan tenaga kerja dapat tercipta, sebab pertumbuhan ekonomi merupakan jantung strategi nasional,” kata Adi.
Kementerian Perindustrian mencatat sektor industri manufaktur sudah menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang pada 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang.
Momentum lebaran dan libur menjadi penurunan kinerja manufaktur Indonesia dalam 9 bulan terakhir. PMI Manufaktur Indonesia pada Mei masih unggul dibanding PMI Manufaktur Malaysia (50,1), Taiwan (50,0), Myanmar (49,9), dan China (48,1).