Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Sentimen The Fed, Cadangan Devisa RI Berpotensi Turun ke US$132 Miliar

Kondisi cadangan devisa Mei 2022 mengalami tekanan yang kuat, sejalan dengan nilai tukar rupiah yang sempat melemah, meski telah kembali mendekati level Rp14.400 pada pekan ini.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia pada Mei 2022 akan berada pada kisaran US$132 miliar hingga US$137 miliar.

David mengatakan, kondisi cadangan devisa pada periode tersebut mengalami tekanan yang kuat, sejalan dengan nilai tukar rupiah yang sempat melemah, meski telah kembali mendekati level Rp14.400 pada pekan ini.

Di samping itu, perkembangan posisi cadangan devisa Mei 2022 juga dipengaruhi oleh likuiditas valas di dalam negeri yang mengalami penurunan akibat keluarnya aliran modal asing dari pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Kinerja impor yang mengalami peningkatan sejalan dengan berlangsungnya pemulihan ekonomi domestik mengkerek naiknya permintaan valas, sehingga turut mempengaruhi posisi cadangan devisa Mei 2022.

“Di Mei juga ada pengaruh dari larangan ekspor CPO, meski hanya 3 minggu, tapi tetap memberikan pengaruh,” kata David kepada Bisnis, Minggu (5/6/2022).

David memperkirakan cadangan devisa Indonesia akan mencapai kisaran US$132 miliar hingga US$140 miliar hingga akhir tahun.

Dia mengatakan, keluarnya aliran modal asing di pasar keuangan domestik diperkirakan masih akan terjadi kedepannya, terutama dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat yang diperkirakan lebih agresif.

“Mungkin sampai akhir tahun [the Fed] masih akan menaikkan suku bunga, sehingga kemungkinan adanya gejolak di pasar saham maupun SBN masih terbuka, itu risiko utama,” jelasnya.

Selain itu, berlanjutnya pemulihan ekonomi juga akan meningkatkan permintaan impor, baik impor bahan baku maupun BBM, sehingga berpotensi memperketat pasokan valas di dalam negeri.

“Itu juga akan menambah kemungkinan terjadinya likuiditas valas di dalam negeri yang semakin ketat ke depan,” kata David.

Sejalan dengan itu, David juga memperkirakan nilai tukar rupiah masih ada kecenderungan melemah hingga akhir tahun. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada level Rp14.400-Rp14.800 per dolar AS pada akhir 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper