Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MyPertamina untuk Beli Pertalite, Boleh Main Ponsel di SPBU?

PT Pertamina Patra Niaga buka suara terkait rencana pembatasan pembelian Pertalite dan Solar melalui penggunaan aplikasi MyPertamina.
Petugas SPBU di Kota Palembang mengisi BBM kendaraan saat libur Natal 2020. istimewa
Petugas SPBU di Kota Palembang mengisi BBM kendaraan saat libur Natal 2020. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Patra Niaga telah menentukan lokasi khusus untuk penggunaan aplikasi MyPertamina bagi pelanggan yang hendak membeli bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti Solar dan Pertalite.

Pejabat sementara (Pjs.) Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting memastikan lokasi untuk akses ponsel itu bakal berjauhan dari nozzle SPBU.

Irto mengatakan pengaturan tempat untuk akses ponsel itu bertujuan untuk menjaga keamanan dari upaya penerapan verifikasi pembelian pertalite dan solar di SPBU mendatang.

“Lokasi penggunaan aplikasi sudah ditentukan, dan lokasinya tidak berdekatan dengan nozzle,” kata Irto melalui pesan singkat, Jumat (3/6/2022).

Ihwal waktu pelaksanaan, Irto mengatakan perseroan masih menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM). Nantinya revisi itu bakal memuat petunjuk teknis terkait dengan kriteria konsumen dan sistem verifikasi untuk dapat mengakses BBM bersubsidi tersebut.

Dia berharap revisi Perpres itu dapat diimplementasikan di lapangan. Dengan demikian, upaya pembatasan pembelian BBM bersubsidi itu tidak menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat.

“Sehingga tidak ada lagi perdebatan yang terjadi antara konsumen dan operator SPBU sementara penggunaan aplikasi sudah bisa dilakukan di SPBU, saat ini selain pembayaran menggunakan cash atau kartu, di sebagian besar SPBU bisa juga menggunakan aplikasi MyPertamina,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ppmerintah tengah berencana menerapkan skema subsidi tertutup untuk penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) setelah membengkaknya realisasi belanja subsidi pada awal tahun ini.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengatakan langkah itu diambil untuk mengoptimalkan serapan alokasi tambahan subsidi energi yang sudah dinaikkan menjadi Rp350 triliun pada rencana perubahan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022. Selain itu, Edy menambahkan, pemerintah menyadari skema subsidi terbuka lebih banyak tidak tepat sasaran yang dinikmati oleh masyarakat kalangan menengah ke atas.

Berdasarkan data milik KSP, realisasi belanja negara untuk subsidi BBM dan LPG sudah mencapai Rp34,8 triliun per April 2022. Jumlah ini lebih tinggi 50 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021, yakni Rp 23,3 triliun.

“Dengan skema subsidi terbuka seperti saat ini, dikhawatirkan volumenya bisa menjadi tidak terbatas, karena masyarakat yang harusnya tidak masuk kategori penerima subsidi karena tidak miskin atau rentan miskin justru ikut menikmatinya,” kata Edy melalui siaran pers, Rabu (25/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper