Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail memproyeksikan permintaan tembaga untuk konduktor listrik bakal naik signifikan seiring dengan komitmen pemerintah membangun industri kendaraan listrik di dalam negeri.
“Kendaraan listrik itu untuk kebutuhan komponen tembaganya besar kalau dia listrik berarti dia butuh konduktor penghantar listrik yang bagus jadi potensi pemakaian tembaga di dalam kendaraan listrik itu akan sangat besar,” kata Noval melalui sambungan telepon, Rabu (1/6/2022).
Sementara itu, Noval mengatakan, permintaan tembaga untuk industri kabel dalam negeri diperkirakan kembali naik ke posisi normal sebesar 400.000 ton setelah sempat terkontraksi selama dua tahun terakhir. Dengan demikian, dia mengatakan, industri hilir tembaga relatif siap untuk menyerap produksi tembaga hasil pemurnian dan pengolahan dari sejumlah smelter yang ditarget beroperasi efektif tahun depan.
Apalagi, potensi serapan tembaga untuk produksi kabel diproyeksikan bakal berada di angka 600.000 ton atau naik 20 persen pada 2024. Peningkatan itu dibarengi dengan adanya sentimen positif dari komitmen pemerintah untuk ikut bergabung dalam rantai pasok kendaraan listrik global.
“Kalau memang betul industrinya dibikin di sini, kita masih bicara potensi mengikuti kebijakan pemerintah kita juga sudah dengar Hyundai mau bikin pabrik mobil listrik di sini, kemudian ada persetujuan dengan Tesla kemarin logikanya komponen dari Indonesia harus dipakai berapa nilainya kita belum bisa hitung,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, setoran PT Freeport Indonesia (PTFI) ke kas negara dari investasi pada pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur diperkirakan dapat menyentuh di angka US$80 miliar atau setara dengan Rp1.165,6 triliun, menggunakan asumsi kurs Rp14.570, hingga akhir masa izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada 2041 mendatang. Adapun pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga itu ditarget rampung mencapai 50 persen dengan realisasi investasi sebesar US$1,6 miliar atau setara dengan Rp23,31 triliun pada tahun ini.
Baca Juga
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan proyeksi itu ditopang oleh momentum peralihan rantai pasok dunia pada industri yang berbasis energi baru dan terbarukan atau EBT yang belakangan mengerek naik harga komoditas tembaga itu hingga pertengahan tahun ini. Tony memperkirakan harga komoditas itu bakal tetap tertahan tinggi seiring dengan terciptanya keseimbangan baru pada pasokan industri berbasis EBT ke depan.
“Harga tembaga saat ini sangat tinggi bukan karena supercycle sebenarnya tetapi karena memang permintaannya besar sekali untuk kendaraan listrik dan EBT, sekarang harga tembaga US$4,5 per pound sebelum pandemi US$3,25 per pound begitu pandemi US$2,75 per pound sekarang US$4,5 per pound, nikel juga naik diikuti emas dan timah,” kata Tony saat ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (31/6/2022).
Dengan harga tembaga yang tertahan tinggi itu, Tony menuturkan, smelter bikinan PTFI dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat atau 480 ribu ton logam tembaga setiap tahunnya bakal dapat melunasi keseluruhan surat utang berjangka atau global bond yang sempat diterbitkan terkait dengan pembiayaan akuisisi saham PTFI dan pembangunan smelter tersebut pada 2025.