Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Jepang menyusut pada kuartal I/2022 akibat membengkaknya tagihan impor dan terbaliknya pemulihan ekonomi sehingga mendorong Bank of Japan menyuntikkan stimulus lebih lanjut.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (18/5/2022), PDB Jepang terkontraksi dalam laju tahunan sebesar 1 persen pada 3 bulan pertama tahun ini. Para ekonom memprediksi penurunan mencapai 1,8 persen.
Neraca perdagangan bulanan telah berada di lampu merah sejak Agustus setelah rantai pasok dan kembalinya permintaan global mulai mendorong harga komoditas.
Belanja konsumen juga jalan di tempat setelah adanya pembatasan aktivitas yang berpengaruh pada jam kerja bisnis.
Revisi pertumbuhan ekonomi pada kuartal sebelumnya telah membantu memperkecil penurunan ekonomi.
Kendati demikian, kontraksi pada kuartal IV/2021 telah membuat Jepang tertinggal dalam pemulihan global, memperkuat dorongan untuk melanjutkan stimulus pemerintah dan bank sentral. Adapun inflasi tetap jauh di bawah tingkat global.
"Sulit rasanya untuk bisa optimistis terhadap proyeksi perekonomian Jepang saat ini. Bisnis akan berhati-hati dalam berinvestasi di lingkungan yang tidak pasti tanpa pendorong pertumbuhan yang jelas," ujar Senior Ekonom Eksekutif Dai-Ichi Life Research Institute Yoshiki Shinke.
Menurutnya, dari perspektif ekonomi, BOJ tidak berada pada titik di mana dia dapat mulai menormalkan kebijakan.