Bisnis.com, JAKARTA - Thailand memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan mengerek kemungkinan inflasi akibat dampak peperangan di Ukraina dan perlambatan di China.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (17/5/2022), Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand (NESDC) memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencapai 2,5 - 3,5 persen pada 2022, turun 1 persen dari perkiraan sebelumnya.
"Kekhawatiran terbesar saat ini adalah konflik antara Rusia dan Ukraina yang memiliki dampak reaksi berantai. Penyebaran Covid-19 di China menjadi risiko lain," ungkap Sekjen NESDC Danucha Pichayanan, Selasa (17/5).
Prospek ini kontras dengan kinerja kuartal I/2022 yang lebih baik dari ekspektasi karena peningkatan jumlah turis dan ekspor.
Ekonomi Thailand tumbuh 2,2 persen pada kuartal I/2022 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Capaian itu lebih besar dari perkiraan survei Bloomberg sebesar 1,7 persen.
Nilai tukar Baht naik 0,5 persen terhadap dolar AS setelah publikasi data PDB tersebut.
Baca Juga
Namun di sisi lain, indeks harga konsumen (IHK) Thailand naik lebih cepat di atas 1 - 3 persen target Bank of Thailand,
Sejumlah bank sentral di Asia seperti India dan Malaysia juga mulai meninggalkan kebijakan moneter yang longgar untuk mengatasi inflasi.
NESDC menaikkan perkiraan inflasi utama untuk tahun ini menjadi 4,2 - 5,2 persen dari sebelumnya 1,5 - 2,5 persen pada Februari.
Lembaga ini juga memprediksi defisit transaksi berjalan 1,5 persen dari PDB, berbalik dari perkiraan sebelumnya surplus 1,5 persen.