Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Perdagangan April 2022 Diproyeksi Turun dari Maret 2022

Sejumlah ekonom memprediksi surplus neraca perdagangan akan berlanjut pada April 2022.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan neraca perdagangan Indonesia April 2022 pada 17 Mei 2022.

Sejumlah ekonom memprediksi surplus neraca perdagangan akan berlanjut pada April 2022. Tetapi, surplus perdagangan diproyeksi sedikit menurun, yakni di kisaran US$3,27 miliar hingga US$4,3 miliar, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami surplus sebesar US$4,54 miliar.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan surplus perdagangan tersebut didorong oleh kinerja ekspor yang diperkirakan tumbuh 35,97 persen (year-on-year/yoy), sedangkan impor diperkirakan tumbuh 34,97 persen yoy.

Dia menjelaskan penurunan surplus tersebut dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor secara bulanan, dengan mempertimbangkan penurunan rata-rata harga komoditas global seperti crude palm oil (CPO) 14,4 persen (month-to-month/mtm), batubara -5,58 persen mtm, dan karet alam -2,25 persen mtm.

"Untuk volume ekspor batu bara cenderung menurun, mengingat ekspor batu bara pada Maret 2022 mencatatkan kenaikan yang signifikan dalam 5 tahun terakhir," kata Josua beberapa waktu lalu.

Di lain sisi, perang antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas di tengah krisi energi global yang sedang berlangsung.

Senada, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan kondisi tersebut bakal mendukung ekspor dan menjaga surplus barang dalam waktu yang cukup lama.

Kendati demikian, ekonom Bank BCA David Sumual menghimbau agar Indonesia mulai melakukan diversifikasi, baik dari sisi negara maupun produk.

"Harga komoditas-komoditas yang melonjak tersebut bisa turun sewaktu-waktu, terutama bila perang antara Rusia dan Ukraina mereda," kata dia.

Kemudian, mengenai adanya larangan ekspor minyak sawit untuk sementara waktu sejak akhir April lalu, menurut Faisal akan menurunkan kinerja ekspor sampai taraf tertentu. Lamanya larangan tersebut, kata dia, akan menentukan dampak kebijakan terhadap neraca barang di sisa 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper