Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta pemerintah segera membuka kembali keran ekspor minyak sawit mentah (CPO). Hal ini dikarenakan akan menimbulkan efek domino bagi pelaku usaha, petani sawit hingga devisa negara.
Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono mengatakan kalau melihat data tahun 2021 rata-rata devisa ekspor produk sawit mencapai US$3 miliar per bulan.
“Minimal itu yang hilang. Belum dari kerugian lain seperti penjualan TBS petani yang terhambat dan lain-lainnya. Harapan kami pelarangan ini jangan terlalu lama sebaiknya segera dibuka kembali izin ekspor,” kata Eddy, Kamis (12/5/2022).
Edy mengungkapkan pelarangan ekspor membuat harga TBS petani turun, terutama TBS petani yang tidak bermitra dengan perusahaan.
“Untuk petani yang bermitra saat ini juga harganya turun, ini karena pembeli CPO mulai mengurangi pembelian sehingga PKS [pabrik kelapa sawit] pun mulai mengurangi pembelian TBS petani,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan Indonesia tidak takut kehilangan devisa negara sebagai dampak pelarangan minyak sawit mentah (CPO) sejak 28 April.
Menurut BPS, ekspor minyak sawit mentah (CPO) berkontribusi sebesar Rp112,82 triliun bagi perekonomian Indonesia sepanjang kuartal I 2022. Angka ini setara 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan Angka Dasar Harga Berlaku (ADHB) yang mencapai Rp4.513 triliun.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Veri Anggrijono memastikan pelarangan ekspor minyak sawit mentah tidak akan berlangsung lama.
“Itu konsekuensi ya (kehilangan devisa). Kebijakan ini kan untuk rakyat juga supaya minyak goreng terjangkau,” kata Veri saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/5/2022).