Bisnis.com, JAKARTA – Harga properti di beberapa titik di Jakarta boleh jadi selama ini overvalue, sehingga sekarang terkoreksi. Namun, bukan berarti harga properti selama ini termasuk kategori bubble yang bila pecah, nilainya anjlok.
“Kalau dikatakan overvalue itu mungkin saja. Permintaan tinggi, sehingga harganya juga meningkat, Jadi, kalau harganya terlalu tinggi itu mungkin, tetapi tidak bisa disebut bubble,” kata pengamat bisnis properti Ali Tranghanda.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) itu mengungkapkan bahwa memang ada orang yang menyamakan istilah overvalue dengan bubble. Namun, dia sendiri memilih untuk membedakan pengertian kedua istilah tersebut.
Dia memberikan contoh overvalue harganya misalkan Rp2 miliar. Hanya dalam rentang 2 tahun harganya melesat naik sampai Rp2,7 miliar atau Rp2,8 miliar, tetapi kenyataannya memang masih ada yang membeli.
Baca Juga : Jelang Lebaran, Harga Rumah di Jabodetabek Naik |
---|
“Lantas, tahun depannya lagi siklus bisnis properti sedang tidak bagus, harga itu berpotensi terkoreksi sedikit, tapi bukan bubble, karena bubble-nya nggak sampai pecah, nggak anjlok, jadi itu cukup dikatakan sebagai overvalue,” kata Ali kepada Bisnis.
Dalam kondisi demikian, berikutnya yang terjadi, harganya setelah terkoreksi terjadi keseimbangan baru lagi, tetapi kemudian ada yang membeli. Itu merupakan harga riil. “Jadi, apakah overvalue, kita bisa melihatnya pada saat terjadi koreksi atau tidak, tetapi tidak anjlok yang disebabkan bubble pecah.”
Hal itu berbedea dengan bubble atau sesuatu yang tidak nyata, karena ketika dijual, harganya terlalu tinggi, sehingga tidak ada yang membelinya. Dampak berikutnya, harganya anjlok, misalkan dari Rp30 miliar per unit menjadi Rp10 miliar atau hanya sepertiganya.
Sebelumnya IPW mengungkapkan hasil surveinya yang menunjukkan bahwa harga rumah di Jakarta selama kuartal I 2022 menurun 18,3 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Penurunan itu merupakan yang terbesar kedua di Jabodebek dan Banten yang menjadi wilayah survei IPW. Penurunan harga rumah terbesar di Jabodebek dan Banten pada kuartal I 2022 terjadi di Kota Serang yaitu 19,6 persen.
Menurut survei IPW, penurunan harga rata-rata rumah di kedua kota itu jauh di bawah rata-rata penurunan yang terjadi di Jabodebek dan Banten sebesar 13,2 persen qtq.