Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seram Banget! Inflasi Jerman Naik 30 Persen. Tertinggi Sejak 1949

Inflasi di Jerman naik 30 persen pada Maret 2022, akibat kenaikan harga energi.
Matahari terbenam di balik sistem derek pelabuhan dan turbin angin di Hamburg, Jerman. Eropa kini menghadapi krisis energi yang membuat harga gas meroket/neweurope.eu
Matahari terbenam di balik sistem derek pelabuhan dan turbin angin di Hamburg, Jerman. Eropa kini menghadapi krisis energi yang membuat harga gas meroket/neweurope.eu

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi di Jerman naik 30 persen pada Maret 2022, dipicu oleh kenaikan harga energi. Kenaikan ini adalah yang tertinggi selama tujuh dekade terakhir atau sejak 1949. 

Dilansir CNN pada Rabu (20/4/2022), harga energi meroket hingga 84 persen dari Maret tahun lalu.

"Yang terutama bertanggung jawab atas kenaikan harga energi yang tinggi adalah kenaikan harga gas alam yang kuat ... yang [naik] 144,8 persen pada Maret 2021," kata kantor statistik dalam sebuah pernyataan.

Kondisi ini disebut menjadi tanda pertama dampak dari perang di Ukraina. Harga produsen naik hampir 5 persen antara Februari - Maret.

Laporan itu mengatakan bahwa inflasi dapat menyebar ke sektor lain seperti ritel, sehingga membuat konsumen akan menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli furnitur hingga daging.

Kenaikan harga konsumen mencapai 7,3 persen pada Maret, yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Energi kembali menjadi kontributor dengan kenaikan hingga 40 persen dari sebulan sebelumnya.

Kenaikan harga energi sebenarnya sudah terjadi sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Namun, sanksi terhadap minyak dan batu bara Rusia ternyata berujung pada harga yang semakin melambung.

Saat ini, Jerman telah berkomitmen untuk mengembargo impor gas alam dari Rusia. Berdasarkan Badan Energi Internasional (IEA) Rusia memasok sekitar 46 persen kebutuhan energi Jerman,

Peralihan itu diperkirakan akan dapat merusak sektor manufakturnya yang intensif energi.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck telah memperingatkan bahwa negaranya bisa menjadi lebih miskin akibat peperangan.

"Ini tidak mungkin berakhir tanpa kerugian bagi masyarakat Jerman, ini tidak terbayangkan," katanya bulan lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper