Bisnis.com, JAKARTA - Airbus SE tetap mempertahankan keputusannya untuk mengimpor titanium dari Rusia lantaran sanksi dianggap merugikan produsen pesawat Eropa ini.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (13/4/2022), Chief Executive Officer Airbus Guillaume Faury mengatakan dalam pertemuan tahunan bahwa perusahaan telah menimbun pasokan titanium selama beberapa tahun.
Dengan begitu, perusahaan yang berbasis di Toulouse, Prancis ini masih memiliki ruang bernapas untuk jangka pendek dan menengah, bahkan jika embargo berlaku.
"Kami tidak berpikir sanksi pada impor diperlukan. Ini hanya akan berdampak kecil pada Rusia, dan akan memiliki konsekuensi besar bagi seluruh negeri dan industri," ujarnya.
Airbus telah menjadi pembeli material besar bagi VSMPO-AVISMA Corp., asal Rusia.
Tidak seperti pesaingnya di AS, Boeing Co., telah menghentikan pembelian bahan-bahan dari Rusia. Saat ini, titanium belum termasuk objek sanksi oleh Uni Eropa.
Baca Juga
Perusahaan Rusia telah berkontribusi hingga separuh dari total kebutuhan titanium Airbus melalui pemasok. Chief Financial Officer Dominik Asam mengatakan perusahaan juga telah menyimpan logam tersebut sejak aneksasi Krimea pada 2014.
Untuk itu, Airbus bakal mempertimbangkan sumber alternatif untuk mengisi gap pasokan jangka panjang.
Titanium menjadi material penting bagi industri dirgantara karena memiliki kekuatan, ringan, dan tahan korosi. Biasanya logam ini digunakan untuk komponen roda atau landing gear.
Ini juga digunakan untuk memasang bagian terluar serat karbon dari pesawat berbadan lebar A350 karena tidak selentur logam lainnya ketika terjadi perubahan suhu.
Terkait dengan invasi Rusia, perusahaan menggarisbawahi pentingnya kemampuan militer Eropa. Menurut Chairman Rene Obermann, pertahanan penting tidak hanya bagi Eropa, tetapi juga bagi Airbus.