Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Pemerintah Beri Sinyal Kenaikan Harga LPG

Pemerintah memberikan sinyal kenaikan harga LPG dalam waktu dekat.
Petugas menata tabung gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Jakarta, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Petugas menata tabung gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Jakarta, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberi sinyal kenaikan harga Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Arifin mengatakan bahwa akibat situasi politik global yang tak menentu menyebabkan kenaikan harga acuan komoditas energi, termasuk gas.

Hal itu mengakibatkan harga gas untuk LPG yang ditetapkan dengan acuan CP Aramco mengalami kenaikan menjadi US$839,6 per metrik ton. Harga tersebut jauh di atas asumsi awal yang hanya mencapai US$569 per metrik ton.

Arifin menjelaskan, dalam jangka pendek pemerintah akan melakukan penyesuaian formula LPG 3 kg. Di sisi lain, dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan menjaga inflasi.

"Dan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan APBN dan menjaga inflasi, serta percepatan program biogas," jelas Arifin dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI Rabu (13/04/2022).

Adapun dalam jangka pendek, pemerintah juga akan mengawasi distribusi LPG 3 kg agar tepat sasaran.

"Untuk menjaga ketersediaan LPG dan mengurangi impor, dalam jangka pendek, akan dilakukan peningkatan pengawasan pendistribusian LPG 3 kg tepat sasaran, kerja sama dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum, dan melakukan uji coba penjualan dengan aplikasi MyPertamina di 34 kabupaten/kota do 2022, serta melakukan penyesuaian formula LPG 3 kg," urainya.

Adapun untuk jangka menengah, pemerintah akan menerapkan subtitusi kompor LNG dengan kompor induksi.

“Pemerintah akan melakukan substitusi kompor LPG dengan kompor induksi [listrik]. Jaringan gas kota [jargas] yang diharapkan mencapai 1 juta rumah tangga per tahun. Kemudian, mengubah skema subsidi yang kini berbasis pada komoditas menjadi subsidi langsung ke penerima. Serta, substitusi dengan Dimethyl Ether [DME] untuk mengurangi 1 juta metrik ton LPG pada 2027,” pungkas Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper