Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebaran Tahun Ini, Industri Keramik Tidak Lagi Puasa Order

Sejauh ini, rata-rata utilitas kapasitas produksi pada kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar 82 persen hingga 83 persen. Angka tersebut mendekati target utilitas kapasitas produksi nasional tahun ini sebesar 85 persen. Peningkatan permintaan jelang Lebaran ikut mendongkrak utilitas tersebut.
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mencatat penguatan permintaan jelang Lebaran. Hal itu seiring pelonggaran aktivitas yang mendorong masyarakat merenovasi rumah jelang hari raya.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan permintaan domestik pada kuartal I/2022 bertumbuh sekitar 5 persen, salah satunya didorong momentum Lebaran.

"Secara tren setiap tahunnya memang permintaan keramik meningkat dua bulan sebelum Hari Raya Lebaran dan puncak dari permintaan keramik dimulai dari awal kuartal tiga sampai akhir tahun," kata Edy kepada Bisnis, Rabu (13/4/2022).

Sementara itu, rata-rata utilitas kapasitas produksi pada kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar 82 persen hingga 83 persen. Angka tersebut mendekati target utilitas kapasitas produksi nasional tahun ini sebesar 85 persen.

Selain permintaan dalam negeri yang mulai membaik di kuartal pertama ini, kinerja ekspor juga menunjukkan pertumbuhan. Edy mengatakan volume ekspor pada Januari-Februari 2022 tumbuh sekitar 20 persen, sedangkan secara nilai pertumbuhannya tercatat sebesar 6 persen year-on-year (YoY).

"Permintaan ekspor mulai pulih kembali untuk negara Filipina, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat," ujar Edy.

Tahun ini industri keramik nasional menambah kapasitas terpasang sebesar 35 juta m2 dengan total investasi Rp3 triliun. Edy mengatakan untuk mendukung ekspansi industri, pemerintah harus menjamin suplai gas bumi yang saat ini masih tersendat di Jawa bagian timur.

Industri keramik merupakan salah satu sektor penerima harga gas bumi tertentu (HGBT). Namun, karena pemerataan yang kurang optimal, belum semua pelaku usaha mencapat harga US$6 per MMBTU. Industriawan di Jawa bagian timur mendapat harga gas berkisat US$7,98 hingga US$15 per MMBTU, disamping pasokan yang tersendat dan dikenakan kuota harian.

"Daya saing industri keramik di Jatim juga terganggu karena dikenai kuota pemakaian gas harian dan alokasi gas industri tertentu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper