Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali anjlok setelah sehari sebelumnya mengalami penurunan. Harga minyak jenis Brent anjlok 0,23 persen menjadi berada di level US$100,35 per barel. Sementara itu, minyak jenis light sweet atau WTI tidak mengalami koreksi maupun kenaikan harga sama sekali, sehingga harganya tetap US$96,03 per barel.
Penyebab anjloknya harga emas hitam ini adalah kondisi Negeri Tirai Bambu sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia sedang digembok. China memperketat kebijakan lockdown karena merebaknya infeksi Covid-19.
Surat kabar utama Partai Komunis China, People’s Daily, membela lockdown ketat yang dicetuskan Presiden Xi Jinping, dengan mengatakan kebijakan Covid Zero sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan menjaga perekonomian tetap berjalan, karena lebih dari 21.000 kasus baru terjadi di Shanghai.
Dalam komentar di halaman depan, People's Daily mengatakan bahwa varian omicron terbaru saat ini bersifat lebih menular.
“[Pandemi Covid-19 kali ini] telah membuat lebih sulit untuk menemukan varian virus dan mencegah merebaknya infeksi, semakin banyak kasusnya, semakin kita harus mematuhi kebijakan umum Covid Zeo tanpa ragu,” tulis komentar di surat kabar People’s Daily, dikutip dari Bloomberg, Jumat (08/04/2022).
Lockdown yang sedang berlangsung telah menyebabkan kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan, dengan beberapa blok apartemen disegel selama berminggu-minggu. Hal ini memicu ketidakpuasan yang berkembang di antara penduduk atas kebijakan Covid Zero, yang menurut mereka membuat China terisolasi ketika seluruh dunia terbuka dan hidup berdampingan dengan virus.
Baca Juga
Meski demikian, Presiden Xi Jinping menegaskan akan tetap menjalankan kebijakan Covid Zero.
“Kepatuhan pelaksanaan [lockdown] perlu dilaksanakan, tengan penyesuaian agar lockdown tidak mengganggu kegiatan bisnis dan ekonomi,” tegas Xi Jinping.
Alex Holmes dari Capital Economics mengatakan lockdown di China dapat memicu terganggunya rantai pasok di seluruh dunia.
“Ada kemungkinan gangguan besar pada rantai pasokan. Semakin lama gelombang [pandemi Covid-19 di China] berlangsung, semakin besar peluangnya. Faktor risiko tambahan adalah bahwa setelah berbulan-bulan mengalami gangguan, rantai pasokan global sudah sangat meregang. Tetapi, sekarang muncul potensi hambatan akibat Covid-19 di China,” papar Holmes dikutip dari The Guardian, Jumat (08/04/2022).
Minyak bumi merupakan salah satu komoditas yang terhambat pasokannya akibat lockdown di China. Berdasarkan data dari analis ANZ, Shanghai menyumbang sekitar 4 persen dari total konsumsi minyak di China. Sementara Rystad Energy memperkirakan konsumsi minyak di China bisa berkurang 200.000 barel/hari akibat pandemi Covid-19, sehingga menyebabkan anjloknya harga minyak dunia.