Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 berada di kisaran 5 persen karena sejumlah sektor mencatatkan kinerja positif atau pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi pada kuartal I/2022 masih menunjukkan pemulihan yang kuat. Tren pemulihan yang terjadi sejak 2021 terus berjalan di berbagai sektor dan lini.
Dia menyebut bahwa pemulihan daya beli menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi awal tahun. Penjualan semen dan kendaraan niaga, impor barang modal, konsumsi listrik, serta penjualan barang ritel yang meningkat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal pertama.
"Hal itu membuat kita tetap optimistis, walaupun 2022 diawali dengan omicron, kita lihat pertumbuhan kuartal I/2022 masih cukup kuat, di sekitar 5 persen," ujar Febrio, belum lama ini.
Proyeksi BKF itu menunjukkan pemulihan menuju tren yang beberapa tahun terakhir terjadi di Indonesia, yakni pertumbuhan terjaga di kisaran 5 persen. Pada kuartal IV/2021, pertumbuhan ekonomi tercatat berhasil mencapai 5,02 persen.
"Ini yang kemudian menjadi sumber optimisme, bahwa perekonomian terus bergerak ke arah yang lebih baik," katanya.
Baca Juga
Kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) berkontribusi besar terhadap penerimaan negara sejak tahun lalu. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat meningkat pesat sejak akhir 2021 hingga Februari 2022 lalu, dan berpotensi masih berlanjut pada Maret 2022.
Faktor itu di satu sisi berkontribusi terhadap penerimaan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, tingginya harga minyak membuat pemerintah memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax dan menjadikan pertalite sebagai BBM bersubsidi.