Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 100 perusahaan di dunia menunda atau menarik kesepakatan senilai lebih dari US$45 miliar sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (3/4/2022), transaksi tersebut termasuk initial public offering (IPO), penerbitan obligasi, pinjaman, dan akuisisi.
Pasar ekuitas di Amerika Serikat menjadi yang paling terdampak dari volatilitas global pada kuartal I/2022 seiring dengan penundaan listing. Adapun pasar utang di Jepang dan Eropa juga menderita akibat penundaan tersebut.
Peperangan di Ukraina semakin menenggelamkan selera investor dan kenaikan suku bunga dan kemacetan rantai pasok juga memperparah kondisi itu.
"Gejolak pasar membuat [perusahaan] sulit mengeksekusi kesepakatan. [Namun, ada sinyal menjanjikan], volume obligasi akan naik signifikan seiring menjelang Paskah," ujar Kepala sindikasi obligasi EMEA Barclays Plc. Marco Baldini.
Sekitar 50 perusahaan telah menunda rencana IPO sejak akhir Februari, di mana hampir 30 di antaranya adalah listing di AS, termasuk perusahaan seperti Bioxytran Inc., Crown Equity Holdings Inc. dan Sagimet Biosciences Inc.
Baca Juga
Sulit untuk memperkirakan nilai total dari IPO yang tertunda karena sebagian besar ukuran transaksi belum terungkap.
Namun, dari Asia seperti Olam International Ltd. yang berbasis di Singapura menunda listing untuk unit makanannya di London Stock Exchange diperkirakan valuasinya mencapai 13 miliar pound sterling.
Adapun konglomerasi Dalian Wanda Group Co. di China mengurungkan niat awalnya untuk IPO untuk unit mal perbelanjaannya di Hong Kong senilai US$3 miliar.
"Banyak rencana untuk penawaran baru kemungkinan akan ditunda sampai [pasar] lebih tenang. Waktu adalah segalanya untuk IPO," kata Susannah Streeter, analis investasi dan pasar senior Hargreaves Lansdown Plc.
Sementara itu, rencana merger dan akuisisi (M&A) juga harus tertahan. Sekitar 10 kesepakatan bernilai lebih dari US$5 miliar jalan di tempat sejak peperangan di Ukraina pecah.
Itu membuat M&A global turun 15 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini menjadi US$1,02 triliun, yang terendah sejak kuartal III/2020, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Akuisisi Microsoft Corp. terhadap perusahaan pengembang game Activision Blizzard Inc. senilai US$69 miliar merupakan satu dari sedikit dari kesekapatan jumbo yang berhasil diteken di periode ini.
Bahkan raksasa mobil listrik Tesla Inc. harus menunda penjualan sekuritas beragun lebih dari US$1 miliar pada pertengahan Maret, sementara perusahaan seperti Deutsche Bank AG harus menunda kesepakatan komersial yang didukung hipotek.
“Perang di Ukraina memperburuk hambatan rantai pasok dan meningkatkan biaya input untuk peminjam korporat. Pada saat yang sama, bank sentral akan memperketat kondisi keuangan,” kata Scope Ratings dalam laporan baru-baru ini.