Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) mulai gencar melakukan aksi korporasi usai merger, khususnya untuk pengembangan bisnis peti kemas di kawasan tengah dan timur Indonesia.
Kini, pengoperasian terminal peti kemas di lingkungan perseroan oleh anak usaha subholding PT Pelindo Terminal Petikemas atau SPTP sudah mulai merambah kawasan tengah dan timur Indonesia. Hal itu ditandai dengan pengoperasian TPK Makassar, TPK Makassar New Port, TPK Bitung dan TPK Ambon oleh SPTP.
Corporate Secretary SPTP Widyaswendra menuturkan sebelum pengoperasian oleh SPTP setiap terminal peti kemas sudah melalui serangkaian proses standardisasi. Standardisasi dimaksud meliputi aspek digitalisasi bisnis proses, peningkatan kompetensi bagi pekerja dan juga TKBM, serta peningkatan kehandalan peralatan penunjang kegiatan terminal.
“Dengan pengoperasian TPK Makassar, TPK Makassar New Port, TPK Bitung dan TPK Ambon saat ini merupakan penghubung distribusi logistik di wilayah tengah dan timur Indonesia dengan wilayah Indonesia bagian barat,” ujarnya, Jumat (1/4/2022).
Widyaswendra menyebut arus logistik pada setiap terminal menunjukkan tren yang positif. TPK Ambon misalnya, arus peti kemas tahun 2021 sejumlah 108.682 TEUs atau meningkat 8 persen dibanding dengan arus peti kemas pada 2020 yang tercatat sebanyak 100.379 TEUs.
Sama halnya dengan arus peti kemas di TPK Bitung, walaupun hanya tumbuh 3,4 persen namun arus peti kemas cukup tinggi mencapai 279.127 TEUs pada 2021.
Baca Juga
Pengoperasian oleh SPTP ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pelayanan bagi kelancaran arus logistik di wilayah Maluku
Ketua DPW Maluku Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) H.B. Sirait menilai ketersediaan alat dengan performa yang baik dan petugas operasional yang mumpuni menjadi harapan dari para pengguna jasa yang melakukan aktivitas pengiriman logistik melalui TPK Ambon.
“Arus logistik di Maluku setiap tahun selalu meningkat, pelayanan operasional yang baik sangat diharapkan untuk kelancaran logistik baik yang masuk maupun yang keluar melalui TPK Ambon,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menyebut pengoperasian terminal peti kemas di Indonesia oleh satu entitas yakni PT Pelindo Terminal Petikemas akan berdampak positif pada kualitas pelayanan operasional terminal.
Salah satu hal yang dapat menjadi pendorong kualitas layanan adalah adanya standarisasi yang sama di setiap terminal peti kemas. Dengan standar layanan yang sama akan memudahkan perseroan dan pengguna jasa dalam memantau kinerja operasional setiap terminal peti kemas.
“Harapannya tentu ada efisiensi biaya dari standarisasi pelayanan dan peningkatan kinerja operasional di setiap terminal peti kemas yang dioperasikan PT Pelindo Terminal Petikemas,” ungkap Siswanto.
Selain berdampak pada biaya, standarisasi pelayanan dan peningkatan kinerja operasional juga akan merangsang pertumbuhan arus peti kemas. Kualitas dan layanan yang baik akan menggerakkan para pemilik barang untuk mengubah pola pengiriman dari non-peti kemas menjadi peti kemas.
“Kolaborasi antara PT Pelindo Terminal Petikemas dengan para pelaku usaha juga dibutuhkan, di Maluku misalnya, disana potensi perikanan cukup besar, bagaimana Pelindo dapat menangkap peluang dan potensi tersebut,” jelasnya.
Di sisi lain, anak usaha Pelindo di sektor peti kemas lainnya juga mendorong pertumbuhan kinerja bongkar muat di seluruh area kerja pada 2021.
Komisaris Utama IPC Terminal Petikemas menjelaskan usai merger Pelindo, IPC Terminal Petikemas memberikan hampir 30 persen kontribusi throughput subholding Pelindo Terminal Petikemas. Pada 2022, IPC TPK harus mendorong kontribusi dalam tumbuhnya konektivitas di Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa ke depannya perusahaan akan bersaing dengan pelabuhan asing. Tahun ini, pihaknya harus mempersiapkan persaingan itu. IPC Terminal Petikemas menjadi salah satu barometer operator terminal peti kemas di Indonesia.
“Tantangan bagi kita semua untuk terus melakukan peningkatan baik dari sisi pelayanan maupun peningkatan kompetensi SDM. Tujuan akhirnya adalah untuk menekan biaya logistik nasional,” ujarnya.
Tahun ini IPC TPK menargetkan throughput petikemas 2,8 juta Teus dengan laba dan EBITDA peti kemas 2,8 juta TEUs, pendapatan Rp2,6 trilliun, EBITDA Rp236,7 miliar.