Bisnis.com, JAKARTA – Banyak faktor yang menyebabkan pelaku usaha atau orang tertentu menaikkan bujet untuk belanja iklan seperti halnya hari besar keagamaan, Ramadan dan nasional hingga momen piala dunia.
Menengok kondisi saat ini yang tinggal menghitung hari menuju Ramadan, banyak pemilik merek menaikkan anggaran belanja iklan untuk menarik konsumen.
Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina melihat Ramadan kali ini yang juga diikuti oleh pelonggaran beberapa aktivitas cukup mempengaruhi rasa percaya diri para pemilik merek untuk meningkatkan belanja iklan.
Dampak dari pelonggaran tersebut adalah terbukanya pintu mudik untuk masyarakat sehingga dapat kembali ke kampung halaman yang juga memiliki pengaruh.
“Selain itu, tren pembatasan mudik yang tidak ketat juga akan menarik minat brand terkait untuk mempromosikan mereknya," kata Hellen, Selasa (29/3/2022).
Berdasarkan survei yang dilakukan Nielsen, Ramadan menjadi momentum untuk melakukan perbaikan diri serta properti. Menurut Hellen, Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk look good, feel good, dan convenient.
Selain itu, peningkatan penggunaan internet juga berpengaruh pada belanja iklan. Pada Ramadan 2021, penetrasi internet dan penggunaan internet naik masing-masing 24 persen dan 35 persen. Dalam penggunaan internet tersebut, terjadi peningkatan 117 persen pada aktivitas belanja online. Kenaikan tersebut membuat 6 dari 10 orang memutuskan untuk belanja secara online.
“Oleh karena itu, banyak brand kemudian meningkatkan belanja iklan juga untuk menyasar konsumen-konsumen yang saat ini belanja online dan aktif menggunakan internet selama masa Ramadan,” lanjutnya.
Faktor lain yaitu adanya momen tertentu yang diadakan beberapa tahun sekali. Hellen melanjutkan, pengiklan juga biasanya menaikkan bujet jika ada perhelatan olahraga yang diminati oleh konsumen Indonesia, misalnya World Cup.
Selain itu, pada momen menjelang Pemilu, partai politik akan menaikkan belanja iklannya dengan sangat signifikan.