Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) telah menyepakati pemangkasan besar-besaran impor gas dari Rusia sebagai langkah keluar dari ketergantungan. Namun, kesepakatan itu dapat berujung pada banyak tantangan.
Dalam perjanjian yang diteken pada Jumat (25/3/2022), Presiden AS Joe Biden dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sepakat bahwa Eropa akan mendapatkan sekitar 15 miliar meter kubik tambahan pasokan gas alam cair atau LNG hingga akhir tahun ini.
Namun, belum bisa dipastikan dari mana sumber tambahan itu.
Biden juga mengiyakan negara anggota UE dapat mengambil bahan bakar Amerika hingga 50 miliar meter kubik hingga 2030. Hal itu bertujuan untuk melepaskan diri dari gas Rusia, yang berkontribusi hingga 40 persen dari kebutuhan Eropa.
"Kami bersatu untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada energi Rusia... [15 miliar meter kubik tahun ini] adalah langkah besar yang mengarah ke sana," papar Presiden Biden dalam konferensi pers gabungan dengan Uni Eropa, dilansir Bloomberg.
Kendati demikian, upaya mendiversifikasi pasokan energi bagi Uni Eropa demi memiskinkan Rusia yang menginvasi Ukraina merupakan pekerjaan besar. Rusia mengirim sekitar 150 miliar kubik meter gas ke Eropa melalui pipa setiap tahunnya.
Adapun, sebanyak 14 miliar - 18 miliar meter kubik terdiri dari LNG. Artinya, jika terjadi gangguan pada aliran gas dari Rusia, maka akan menjadi masalah yang rumit.
"Ini adalah awal, tetapi masih relatif kecil ketimbang total suplai dari Rusia. Seluruh kontribusi akan disambut, tetapi ini pekerjaan besar," ungkap periset Oxford Institute untuk studi energi Jonathan Stern<.
Peneliti energi Bruegel yang berbasis di Brussels Simone Tagliapietra memperingatkan, jika impor gas dari Rusia terganggu, maka Eropa harus berpikir keras untuk mengisi ulang fasilitas penyimpanannya menjelang musim dingin mendatang.
"[UE] perlu impor LNG yang besar pada musim semi dan musim panas ini. AS memiliki peran penting untuk mendukung Eropa dalam upaya bersejarah ini, dengan menjadi pengekspor gas alam cair terbesar di dunia pada tahun ini," ungkapnya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menjelaskan bahwa kontrak gas sebesar 15 miliar meter kubik belum jelas. Namun, pasokan akan datang dari berbagai sumber.
"Kami yakin bahwa kami telah mengidentifikasi sumber untuk dapat mencapai target itu,” kata Sullivan kepada wartawan di Air Force One, Jumat.