Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Lartas Impor Kedelai, SPI : Kebijakannya Lucu

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, stok awal kedelai 2022 mencapai 190.970 ton sementara produksi bulanan di dalam negeri sekitar 70.742 ton. Adapun, realisasi impor pada Januari 2022 sudah mencapai 321.994 ton sementara rencana impor akan dilanjutkan sebanyak 735.845 ton hingga akhir Mei 2022.
Perajin tahu tempe di Johar Baru, Jakarta Pusat, merapihkan ember dan mesin penggiling kedelai sebagai persiapan untuk aksi mogok produksi selama tiga hari di Jakarta, Minggu (20/2/2022)./Antara
Perajin tahu tempe di Johar Baru, Jakarta Pusat, merapihkan ember dan mesin penggiling kedelai sebagai persiapan untuk aksi mogok produksi selama tiga hari di Jakarta, Minggu (20/2/2022)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Serikat Petani Indonesia (SPI) menyayangkan rekomendasi larangan terbatas atau Lartas kedelai impor yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian pada tahun ini. Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI Kusnan mengatakan manuver itu relatif tidak menjamin peningkatan produktivitas kedelai di dalam negeri.

Kusnan mengatakan turunnya produktivitas kedelai dalam negeri setiap tahunnya disebabkan karena harga atau keuntungan yang didapat terpaut jauh dari komoditas jagung dan padi. Menurut Kusnan, petani lebih cenderung menanam padi dan jagung ketimbang kedelai.

“Pernyataan Menteri Pertanian untuk melarang atau membatasi impor itu lucu juga, kalau alasannya untuk memberdayakan petani kenapa baru sekarang, kenapa tidak dari dulu,” kata Kusnan melalui sambungan telepon, Rabu (23/3/2022).

Ketimbang mengatur kebijakan impor, dia mengatakan pemerintah mesti memastikan harga kedelai di dalam negeri dapat bersaing dengan komoditas lainnya. Carannya, tambah Kusnan, pemerintah dapat memberikan subsidi harga untuk kedelai yang dibeli dari petani.

Adapun kebijakan subsidi harga kedelai yang dibeli dari petani itu sempat dilakukan saat masa orde baru atau Orba. Hasilnya, produktivitas kedelai dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sekitar 2,5 juta ton setiap tahunnya.

“Jadi harga kedelai dari petani dua kali lipat dari harga beras, kalau sekarang beras Rp8.000 harga kedelai mesti Rp16.000 itu yang disubsidi pemerintah,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan dirinya sudah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menerapkan larangan terbatas (Lartas) untuk importasi kedelai pada tahun ini. Syahrul beralasan impor kedelai yang sudah berlangsung selama 15 tahun itu terbukti menekan produktivitas petani di dalam negeri.

“Sekali-kali kita injak juga kakinya itu importir sudah 15 tahun mereka impor melulu kalau kita lihat di data semenjak IMF menetapkan itu maka importasinya itu cukup besar, sangat besar dan tidak ada lartasnya, saya sampaikan ke Presiden harus ada lartas,” kata Syahrul saat rapat kerja bersama dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Menurut Syahrul, ketergantungan impor selama 15 tahun terakhir telah memaksa petani untuk beralih dari menanam kedelai ke komoditas lain yang lebih kompetitif seperti jagung. Konsekuensinya, lahan tanam kedelai setiap tahunnya dan beralih ke komoditas lain.

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, stok awal kedelai 2022 mencapai 190.970 ton sementara produksi bulanan di dalam negeri sekitar 70.742 ton. Adapun, realisasi impor pada Januari 2022 sudah mencapai 321.994 ton sementara rencana impor akan dilanjutkan sebanyak 735.845 ton hingga akhir Mei 2022.

Adapun, kebutuhan kedelai selama Januari hingga Mei 2022 diproyeksikan sebanyak 1,17 juta ton dengan asumsi kebutuhan bulanan sekitar 235.449 ton. Dengan demikian, stok akhir Mei 2022 diperkirakan mencapai 142.307 ton.

Rencanannya, Kementan akan memperluas luas tanam kedelai dalam negeri mencapai 600.000 hektare selama April hingga Oktober 2022. Targetnya, produksi kedelai dalam negeri hingga akhir tahun dapat bertambah hingga 900.000 ribu ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper