Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Semen Kalimantan Melonjak 20 Persen, Terdampak IKN?

Berdasarkan catatan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen di Kalimantan pada Februari 2022 melonjak 21,2 persen.
Fasilitas kiln atau pembakar semen di Pabrik Indarung 1 milik PT Semen Padang. Pabrik Indarung 1 berhenti beroperasi penuh pada 1999./Dwi Nicken Tari
Fasilitas kiln atau pembakar semen di Pabrik Indarung 1 milik PT Semen Padang. Pabrik Indarung 1 berhenti beroperasi penuh pada 1999./Dwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA – Konsumsi semen di Kalimantan pada Februari 2022 melonjak 21,2 persen menjadi 691.823 ton dari periode yang sama 2021 sebesar 570.974 ton. Berdasarkan catatan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kenaikan tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan kawasan lain di Indonesia.

Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan konsumsi semen nasional selama dua bulan pertama tahun ini cukup menggembirakan dengan pertumbuhan 10,5 persen.

Namun demikian, untuk pertumbuhan konsumsi di Kalimantan dia mensinyalir belum terdampak rencana pengembangan ibu kota negara (IKN) Nusantara. Pasalnya, pertumbuhan dikontribusikan dari provinsi di luar Kalimantan Timur.

"Malah lebih tinggi naiknya di Kalbar dan Kalteng, bukan Kaltim. Belum mulai [dampak pembangunan IKN ke konsumsi semen], baru tahun depan mungkin," kata Widodo kepada Bisnis, Senin (21/3/2022).

Sampai dengan Februari 2022, konsumsi semen secara nasional tercatat sebesar 10,54 juta ton atau naik 10,5 persen dari periode yang sama 2021 sebesar 9,54 juta ton.

Adapun kinerja ekspor turun 35 persen menjadi 1,33 juta ton, terdiri atas 249.000 ton semen dan 1,08 juta ton klinker.

Widodo mengatakan tantangan industri semen sepanjang tahun ini masih berkutat pada oversuplai utilitas kapasitas produksi, ancaman penurunan ekspor yang berkelanjutan, dan harga batu bara yang masih tinggi. Tantangan lain yakni penerapan zero over dimension over loading (ODOL) mulai 2023 dan pasar karbon.

"Semoga pada 2022 pelan-pelan [industri semen] bisa bangkit," katanya.

Sebelumnya, terkait dampak rencana pembangunan IKN ke industri bahan bangunan, Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) mencatat terjadi peningkatan permintaan baja ringan sekitar 50 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal I/2022.

Ketua Umum ARFI Nicolas Kesuma mengatakan selain Kalimantan, peningkatan permintaan juga terjadi di kawasan lain di luar Pulau Jawa.

"Kuartal pertama memang belum selesai, tapi kuartal pertama 2021 dibandingkan 2022, [diperkirakan] kenaikannya di atas 50 persen, untuk permintaan Kalimantan," kata Nicolas.

Meski penggunaan baja ringan tak signifikan dalam pembangunan infrastruktur inti, Nicolas berharap terciprat efek domino dengan pembangunan residensial di sekitar kawasan IKN Nusantara oleh para pengembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper