Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Polemik Kenaikan Harga Tiket Pesawat hingga Babak Baru Drama Migor

Berita tentang kenaikan harga tiket pesawat menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Garuda Indonesia/istimewa
Garuda Indonesia/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Tingginya harga bahan bakar avtur membuat maskapai penerbangan memutuskan untuk menyesuaikan tarif tiket pesawat. Setelah pemerintah mengatur kebijakan harga pada kelas ekonomi, perusahaan mulai berhitung menaikan tiket untuk kelas bisnis.

Berita tentang kenaikan harga tiket pesawat menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Jumat (18/3/2022):

  1. Menimbang Efek Samping Rencana Investasi Huawei di IKN Nusantara

Ibu Kota Negara Nusantara diharapkan tidak sekadar dikembangkan menjadi kota pintar, tetapi juga berkelanjutan alias smart and sustainable city. Dalam kaitan itu, manuver pemerintah menggandeng Huawei Co. Ltd. sebagai peladen teknologi di IKN dinilai sudah tepat.

Selain dengan Huawei, peluang kerja sama pengembangan IKN Nusantara sebagai kota cerdas juga bisa dilakukan dengan pemain lain seperti Ericsson dan NEC Corporation.

Terlebih, rencana kerja sama dalam penerapan 5G di IKN ini juga tentu akan melibatkan beberapa operator nasional seperti Telkom, XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sebagai operator seluler yang memiliki izin dan saling dukung.

Namun, Masyarakat Telematika (Mastel) menilai bahwa sebagai sebuah proyek strategis nasional, IKN juga memiliki aspek penting lain, seperti kedaulatan, keamanan, ketahanan nasional dan sejenisnya, sebagaimana biasanya berlaku bagi Ibu Kota sebuah negara. Dan sudah menjadi keharusan untuk mempertimbangkan hal ini juga. Maka perlu dihindari ketergantungan berlebihan pada satu vendor, apalagi vendor asing.

  1. Putar Otak Tentukan Kenaikan Harga Tiket Pesawat

Maskapai penerbangan dalam negeri harus berhadapan dengan tingginya harga avtur dunia akibat ketegangan geopolitik di Eropa Timur. Perusahaan penerbangan mulai bersiap untuk menaikan harga di kelas bisnis demi menekan beban operasional.

Ketegangan di Eropa ikut berdampak pada kenaikan harga komoditas energi. Terkereknya harga komoditas ini disebabkan oleh status Rusia sebagai salah satu produsen migas hingga batu bara terbesar di dunia. Alhasil, harga avtur ikut melambung.

The International Air Transport Association (IATA) mencatat harga avtur menyentuh US$132,86 per barel pada 11 Maret 2022. Angka ini turun 6,2 persen dibandingkan harga pekan lalu yakni US$141,7 per barel pada 4 Maret.

Kendati mulai longsor, IATA mencatat harga avtur saat ini sudah melompat 82,3 persen dalam setahun terakhir. Harga ini menunjukan lonjakan besar pada nilai komoditas energi.  Secara tahunan penguatan harga ini menunjukan bahwa harga rata-rata avtur sepanjang 2022 mencapai US$112,5 per barel dan berdampak pada tagihan biaya pembelian jet fuel mencapai US$82,1 miliar.

  1. Periode Emas Emiten Konsumer Tiba, Mampukah Pacu Laju Sahamnya?

Emiten konsumer optimistis dapat meraih berkah Ramadan dan Lebaran tahun ini, meskipun momentum emas tersebut bisa terkikis oleh sejumlah faktor, seperti kenaikan bahan baku dan aturan angkutan yang lebih ketat.

Untuk menangkap peluang tersebut, sejumlah emiten pun menyiapkan beragam strategi.  Seperti PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) yang menggenjot penjualan melalui pembukaan gerai baru. Emiten itu telah membuka 14 gerai anyar sepanjang tahun berjalan.

PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) juga telah bersiap menghadapi Ramadan dana Lebaran pada tahun ini. Perusahaan produsen makanan dan minuman itu pun bakal menggodok produk musiman untuk meraup berkah Ramadan. Selain itu, perseroan bakal merilis sejumlah produk baru.

Sementara itu, PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) telah mempersiapkan stok yang cukup untuk mengatasi permintaan yang melonjak pada saat Lebaran.

  1. Sayonara DMO CPO! Sengkarut Kebijakan Migor Masuk Babak Dramatis

Bola panas anomali stok dan harga minyak goreng memasuki babak baru yang kian seru. Setelah mendadak mencabut ketentuan HET komoditas berbahan baku minyak sawit itu, kini pemerintah serta-merta menghapus mandatori DMO dan DPO CPO.

Belum lama ini, padahal, kewajiban pemasokan domestik atau domestic market obligation (DMO) dengan harga khusus atau domestic price obligation (DPO) baru saja ditingkatkan ambang batasnya dari 20 persen menjadi 30 persen dari volume minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang hendak diekspor perusahaan kelapa sawit.

Namun, ketetapan tersebut berubah 180 derajat tepat sepekan setelah penaikan ambang DMO CPO untuk bahan baku minyak goreng diberlakukan pada Kamis (10/3/2022).

Hari ini, Kamis (17/3/2022), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ujug-ujug justru menegaskan kementerian telah mencabut aturan mandatori tersebut setelah harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng tidak lagi diberlakukan.

  1. Dulu Tersandera Kredit Macet, Bank Muamalat Sekarang Tancap Gas

PT Bank Syariah Muamalat Indonesia yang resmi beroperasi pada Mei 1992 merupakan cikal bakal dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Nyaris 30 tahun sudah Bank Muamalat menjadi pelopor bank syariah di Indonesia.

Sebagai perintis perbankan syariah, pasang surut bisnis silih berganti mewarnai perjalanan Bank Muamalat. Salah satu yang menjadi sorotan yaitu kredit macet yang akhirnya menggerogoti permodalan bank tersebut.

Berdasarkan catatan Bisnis, pembiayaan bermasalah bank syariah itu sudah terendus sejak krisis moneter 1998. Kala itu, non-performing financing (NPF) Bank Muamalat menyentuh 65,61 persen.

Permasalahan tersebut selesai dalam dua tahun dengan masuknya modal baru dan penyaluran kredit yang agresif. Namun, pembiayaan yang agresif justru menyisakan NPF yang masih cukup besar bagi Bank Muamalat.

Pada 2015, bank syariah tersebut menutup buku dengan rasio NPF 7,11 persen. Setahun berselang, angkanya turun menjadi 3,83 persen. Kemudian pada kuartal III/2019, NPF Bank Muamalat kembali naik menjadi 5,64 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper