Bisnis.com, JAKARTA – Supply Chain Indonesia (SCI) mengingatkan agar langkah kerja sama yang diteken oleh tiga perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak mengarah ke praktik monopoli.
Chairman SCI Setijadi Setijadi mengapresiasi penandatanganan nota kesepahaman Sinergi Logistik BUMN oleh PT Kereta Api Indonesi (Persero)/KAI, PT Pelabuhan Indonesia (Persero)/Pelindo, dan PT Pos Indonesia (Persero)/Posindo. Penandatanganan nota kesepahaman itu merupakan langkah awal ketiga perusahaan BUMN tersebut dalam penataan sistem penyelenggaraan transportasi yang terpadu, efektif, dan efisien menuju pelayanan prima.
Di sisi lain, SCI berharap langkah tersebut nantinya tak menjadi monopoli.
“SCI berharap sinergi ketiga BUMN itu tidak memunculkan praktik monopoli. Kolaborasi dengan perusahan-perusahaan BUMN lain dan swasta tetap diperlukan untuk menghasilkan efisiensi dan nilai tambah yang lebih tinggi dalam pelayanan logistik,” ujarnya, Selasa (22/2/2022).
Setijadi menjelaskan ada lima faktor pendorong keberhasilan dan potensi peranan sinergi itu.
Pertama, kapasitas, infrastruktur, dan keunggulan masing-masing perusahaan itu. KAI mempunyai jaringan rel, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera, yang merupakan moda transportasi yang paling efisien di darat. Data KAI menyebutkan perusahaan ini memiliki 27 multi operator terminal, 12 single operator terminal, dan 23 terminal berpotensi, serta menyediakan layanan kurir dan logistik multimoda.
Sementara, Pelindo mengelola 96 pelabuhan di seluruh Indonesia dan ditunjang oleh empat unit bisnis yaitu Pelindo Terminal Petikemas, Multi Terminal, Jasa Maritim, dan Solusi Logistik.
Selain itu, berdasarkan data Posindo, perusahaan ini mempunyai infrastruktur jejaring dengan 24.000 titik layanan, serta menjangkau semua kota/kabupaten dan hampir semua kecamatan. Posindo memiliki lebih dari 3.800 kantor pos online, serta dilengkapi electronic mobile post di beberapa kota besar. Posindo mempunyai bidang usaha kurir dan logistik, jasa keuangan, dan properti yang berpotensi penting dalam sinergi itu.
Kedua, integrasi layanan logistik sangat diperlukan dalam mewujudkan layanan transportasi multimoda yang pada saat ini masih terkendala karena proses yang belum secara end-to-end dan masalah infrastruktur/fasilitas peralihan antar moda.
Ketiga, potensi captive market perusahaan-perusahaan BUMN dengan volume logistik yang sangat besar karena mencakup berbagai sektor antara lain perkebunan, kehutanan, perikanan, perminyakan, pertambangan, konstruksi, semen, baja, farmasi, dan perdagangan.
Keempat, potensi non-captive market di luar perusahaan-perusahaan BUMN yang akan diperoleh ketika sinergi ketiga BUMN itu menghasilkan efisiensi yang tinggi.
“Terakhir, konektivitas logistik nasional akan terbantu dengan infrastruktur dan fasilitas ketiga BUMN itu berikut rencana pengembangannya termasuk dengan melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN konstruksi,” tekannya.