Bisnis.com, JAKARTA — Pakar agribisnis dari IPB University Bayu Krisnamurthi menilai kenaikan harga pangan dunia berimplikasi serius pada inflasi sebagian besar barang bahan pokok dan penting dalam negeri.
Menurut Bayu, kenaikan harga pangan dalam negeri sulit untuk dihindari lantaran bahan baku yang mayoritas masih diimpor.
“Situasi ini serius, rekomendasi saya pemerintah mesti menyiapkan jaring pengaman bagi masyarakat yang kurang mampu. Kenaikan harga sangat sulit dihindari terutama pada produk-produk yang masih diimpor,” kata Bayu melalui pesan WhatsApp, Kamis (17/2/2022).
Dengan demikian, kata Bayu, jaring pengaman itu dapat menjaga daya beli masyarakat di tengah tren kenaikan harga pangan yang masih berlanjut pada awal tahun ini.
“Pemulihan ekonomi dunia melewati pandemi ternyata ditandai oleh pemulihan sisi permintaan yang lebih cepat dibandingkan penawaran. Permintaan sudah hampir pulih normal tetapi penawaran lambat merespons,” kata dia.
Misalkan untuk produk pangan, dia menerangkan iklim di sejumlah negara produsen tidak mendukung penanaman dan perawatan komoditas.
Baca Juga
“Produksi gandum di beberapa negara produsen utama seperti Amerika Serikat, Kanada, Brazil dan Argentina tidak dalam kondisi terbaik,” tuturnya.
Sebelumnya, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan Indeks Harga Pangan pada Januari 2022 berada di posisi 135,7 poin atau mengalami peningkatan 1,5 persen dari catatan Desember 2021.
Adapun, FAO melaporkan rebound harga pangan itu didorong kenaikan pada sub-indeks minyak nabati dan susu. Sementara, kenaikan indeks harga pangan itu juga diimbangi penurunan harga gula secara berturut-turut dua bulan belakangan.
Hanya saja, FAO melaporkan terjadi kenaikan signifikan pada indeks harga minyak nabati sebesar 4,2 persen secara bulanan ke angka 185,9 poin pada Januari 2022. Tren itu disebabkan karena kenaikan harga untuk sejumlah komoditas seperti minyak sawit, kedelai, lobak dan minyak biji bunga matahari.
“Setelah penurunan yang berlangsung singkat, harga minyak sawit internasional rebound pada bulan Januari, sebagian besar didukung oleh kekhawatiran atas kemungkinan penurunan ketersediaan ekspor dari Indonesia, pengekspor minyak sawit utama dunia, serta penurunan produksi di negara-negara produsen utama,” tulis FAO dalam ringkasan eksekutif Indeks Harga Pangan yang dilihat Bisnis, Kamis (17/2/2022).
Sementara itu, FAO menambahkan harga kedelai dunia juga kembali pulih didukung oleh penguatan impor dari India. Sementara itu harga minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari masing-masing ditopang oleh masih terbatasnya pasokan dan melonjaknya permintaan impor global.
“Naiknya harga minyak mentah juga mendukung nilai minyak nabati internasional,” tulis FAO.