Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan antara Ukraina dan Rusia menjadi salah satu penyebab kenaikan harga batu bara global. Di sisi lain, penguatan nilai ini juga ditopang oleh permintaan dari pembeli.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menjelaskan sejumlah faktor terkereknya harga emas hitam, bahkan setelah RI membuka kembali keran ekspor komoditas tersebut.
Menurutnya, sentimen positif ini ditopang oleh situasi eksternal. Beberapa diantaranya akibat kenaikan minyak dan LNG. Peningkatan ini terjadi akibat adanya ketidakpastian pasokan dari wilayah Eropa Timur.
“Akibat ketegangan situasi geopolitik [Ukraina dan Rusia]. Batu bara sebagai bahan bakar pembangkit energi menjadi kompetitif dari segi cost pembangkitan dibandingkan LNG,” katanya kepada Bisnis, Senin (14/2/2022).
Lebih lanjut pada saat yang sama, pasokan batu bara secara musiman masih rendah. Di Indonesia misalnya masih terjadi musim penghujan, sehingga berpengaruh pada produksi. Kondisi serupa juga terjadi di Rusia dan Australia.
Selain itu, sentimen penguatan harga juga didorong dengan adanya pembeli yang mempercepat pengiriman. “Mereka mencari spot cargo untuk pengiriman ke depan [advance shipment] di saat pasokan yang masih ketat [tight] sebagai dampak dari larangan ekspor kemarin,” terangnya.
Di samping itu, APBI ikut menyoroti kembali larangan ekspor batu bara sepanjang Januari 2022. Kebijakan ini diambil pemerintah untuk memastikan pasokan dalam negeri aman. Pasalnya sekitar 17 pembangkit listrik sempat krisis bahan bakar batu bara untuk listrik.
Menurut Hendra, larangan tersebut berdampak pada reputasi Indonesia. Indonesia sebelumnya dikenal sebagai eksportir batu bara yang dapat diandalkan alias reliable.
Harga komoditas batu bara kian meroket meski hingga menembus level US$245 per metrik ton. Harga ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2022.
Bursa ICE Newcastle mencatat batu bara kontrak Februari mengalami penguatan 5,90 poin menjadi US$245 per metrik ton pada Minggu (13/2/2022). Pada perdagangan sebelumnya, emas hitam masih dihargai US$239,10 per metrik ton.
Sementara itu, batu bara untuk kontrak Maret turut menguat 5,25 poin pada level US$220 per metrik ton. Angka ini meningkat dari perdagangan sebelumnya US$214,75 per metrik ton.
Kemudian pada kontrak April, batu bara berada di level US$195,10 per metrik ton, meningkat 5,25 poin dari harga sebelumnya US$190,85 per metrik ton. Adapun kenaikan harga tahun ini terjadi di tengah meningkatnya kebutuhan batu bara untuk pembangkit di pasar global.
Indonesia menjadi negara dengan produksi batu bara termal terbesar di dunia. Tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan penambahan kapasitas produksi menjadi 663 juta ton. Pada 2021, produksi ditargetkan mencapai 625 juta ton, meski terealisasi 614 juta ton.