Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas batu bara kian meroket hingga menembus rekor terbaru pada level US$245 per metrik ton. Harga ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2022.
Bursa ICE Newcastle mencatat batu bara kontrak Februari mengalami penguatan 5,90 poin menjadi US$245 per metrik ton pada Minggu (13/2/2022). Pada perdagangan sebelumnya, emas hitam masih dihargai US$239,10 per metrik ton.
Sementara itu, batu bara untuk kontrak Maret turut menguat 5,25 poin pada level US$220 per metrik ton. Angka ini meningkat dari perdagangan sebelumnya US$214,75 per metrik ton.
Kemudian pada kontrak April, batu bara berada di level US$195,10 per metrik ton, meningkat 5,25 poin dari harga sebelumnya US$190,85 per metrik ton. Adapun kenaikan harga tahun ini terjadi di tengah meningkatnya kebutuhan batu bara untuk pembangkit di pasar global.
Indonesia menjadi negara dengan produksi batu bara termal terbesar di dunia. Tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan penambahan kapasitas produksi menjadi 663 juta ton. Pada 2021, produksi ditargetkan 625 juta ton, meski terealisasi 614 juta ton.
Berdasarkan minerba one data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, produksi batu bara dalam negeri baru mencapai 44,94 juta to atau sekitar 6,78 persen dari target. Sementara itu, data terakhir dilaporkan penjualan komoditas ini baru 14,97 juta ton atau 9,04 persen dari target.
Adapun, pada 2021 baru bara sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa yakni US$272,5 per metrik ton pada 5 Oktober 2021. Kondisi ini terjadi seiring dengan krisis energi yang terjadi di sejumlah negara dan kawasan. Peningkatan permintaan juga terjadi setelah pemulihan ekonomi yang berlangsung hampir serentak di seluruh dunia.
Di sisi lain, Kementerian ESDM menetapkan harga batubara acuan (HBA) mencapai US$188,38 per metrik ton pada Februari 2022. Angka ini melonjak US$29,88 per metrik ton dibandingkan Januari yaitu US$158,50 per ton.
"Kenaikan HBA bulan Februari 2022 disebabkan oleh tingginya permintaan komoditas batubara global," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM dalam keterangan resmi, Selasa (8/2/2022).
Dia menjelaskan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kenaikan HBA adalah adanya kendala pasokan gas alam di Eropa. Sebagian besar negara-negara Eropa beralih ke batu bara demi memenuhi pembangkit listrik.