Bisnis.com, JAKARTA – Data tenaga kerja Amerika Serikat mencatat pertumbuhan di atas ekspektasi pada bulan Januari 2022 meskipun Negeri Paman Sam mencatat lonjakan kasus Covid-19 akibat varian omicron.
Dilansir Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat nonfarm payrolls (NFP) meningkat 467.000 pada Januari setelah direvisi naik 510.000 pada Desember. Sementara itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen dan pendapatan rata-rata per jam melonjak.
Data NFP tersebut berada jauh di atas median ekspektasi dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang memperkirakan kenaikan 125.000. Berbagai faktor termasuk omicron, penyesuaian musiman dan perhitungan data pekerja kembali dari luar negeri menjadi faktor yang membuat interpretasi data Januari menjadi sulit.
Dolar AS dan imbal hasil Treasury AS melonjak setelah rilis laporan tersebut.
Pasar tenaga kerja secara mengejutkan terus membaik bulan lalu, seakan mengabaikan lonjakan kasus harian virus corona yang mencapai rekor tertinggi dan ketidakhadiran kerja yang diakibatkannya.
Data tersebut semakin memperkuat deskripsi Pimpinan The Fed Jerome Powell minggu lalu tentang pasar tenaga kerja yang "kuat" dan memvalidasi rencana bank sentral untuk menaikkan suku bunga pada bulan Maret untuk memerangi inflasi tertinggi dalam hampir 40 tahun.
Baca Juga
"Data ini mengatakan kepada kita hari ini bahwa pasar tenaga kerja berteriak. Data ini akan terus menekan The Fed (untuk menaikkan suku bunga)," ungkap Jeff Rosenberg, manajer portofolio senior di BlackRock Inc., dilansir Bloomberg, Jumat (4/2/2022).
Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja, yang merupakan bagian dari populasi yang bekerja atau mencari pekerjaan, meningkat menjadi 62,2 persen setelah disesuaikan agar mencerminkan perkiraan populasi.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja juga menunjukkan pendapatan per jam rata-rata naik 0,7 persen pada Januari dan 5,7 persen dari tahun lalu, yang semakin meningkatkan kekhawatiran tentang persistensi inflasi.