Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pengelola makanan dan minuman, PT Mayora Indah Tbk (MYOR), optimistis kinerja positif ekspor bisa berlanjut mengikuti tren yang telah tercapai sampai kuartal III/2021.
Meski demikian, emiten MYOR ini tidak secara khusus mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure untuk peningkatan ekspor dan fokus pada pasar yang telah dipenetrasi.
Penjualan bersih MYOR sampai kuartal III/2021 tercatat tumbuh 13,08 persen secara tahunan menjadi Rp19,08 triliun. Dari nilai penjualan ini, pasar lokal menyumbang Rp11,76 triliun dan penjualan ekspor sebesar Rp8,13 triliun.
Penjualan di kawasan Asia memberi kontribusi paling besar yakni mencapai Rp7,8 triliun, meningkat dari periode yang sama pada 2020 sebesar Rp6,38 triliun.
Sekretaris Perusahaan Mayora Indah Yuni Gunawan mengatakan peningkatan ekspor sepanjang 2021 lebih disebabkan oleh naiknya penjualan jika dibandingkan dengan 2020 ketika pandemi menghambat perekonomian berbagai negara.
"Pada 2020 kemarin terjadi pandemi yang mengakibatkan perlambatan ekonomi di semua negara," kata Yuni, Jumat (4/2/2022).
Baca Juga
Negara-negara di kawasan Asia sendiri menjadi segelintir yang memasuki fase pemulihan paling cepat. Hal ini mendorong perusahaan untuk optimistis meningkatkan kinerja ekspor di negara-negara yang telah dimasuki.
"Tahun ini kami berusaha untuk meningkatkan ekspor dengan meningkatkan penjualan di negara-negara yang sudah kita masuki. Kemudian juga lebih meningkatkan exposure pada produk yang dijual di negara-negara tersebut," lanjutnya.
Ekspor berbagai makanan olahan tercatat naik sepanjang 2021, dari US$1,27 miliar pada 2020 menjadi US$1,46 miliar. Seiring dengan kenaikan ekspor ini, investasi dalam negeri dan asing di industri makanan juga meningkat.
Kementerian Investasi mencatat realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di industri makanan pada 2020 berjumlah Rp22,87 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$1,59 miliar atau sekitar Rp22,76 triliun (kurs Rp14.300).
Sementara itu, realisasi PMDN berjumlah Rp26,57 triliun dan PMA berjumlah US$2,33 miliar atau sekitar Rp33,42 triliun.