Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Pekerja Minim saat Industri Ekspansif, Daya Beli Bakal Tergerus?

Minimnya serapan tenaga kerja ketika indeks manufaktur Indonesia di posisi ekspansif bakal berdampak terhadap daya beli masyarakat.
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE) Piter Abdullah menilai minimnya serapan tenaga kerja saat purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia di posisi ekspansif bakal berdampak negatif pada daya beli masyarakat.

Piter mengatakan kenaikan permintaan barang pada industri pengolahan itu bakal menggerek naik sejumlah harga komoditas strategis di tengah masyarakat. Di sisi lain, kata dia, minusnya serapan tenaga kerja bakal menggerus daya beli masyarakat untuk barang yang terungkit akibat inflasi tersebut. 

“Yang menganggur tetap menganggur dan tetap tidak punya penghasilan. Sementara kenaikan permintaan memicu kenaikan inflasi, walaupun kenaikan inflasi tidak besar, karena tidak punya income ya sama saja tidak bisa beli ” kata Piter melalui pesan WhatsApp, Rabu (2/2/2022). 

Ihwal rendahnya serapan tenaga kerja itu, dia mensinyalir investasi yang tertanam di dalam negeri lebih bersifat padat modal ketimbang karya. Indikasi itu terlihat dari minimnya serapan tenaga kerja ketika industri manufaktur solid berada di posisi ekspansif hingga awal tahun ini. 

“Hal ini menyiratkan bahwa kenaikan permintaan itu terjadi pada sub sektor industri yg padat modal bukan yang padat karya. Selama kenaikan tersebut masih pada industri padat modal dan tidak menyerap banyak tenaga kerja, maka pengangguran masih akan tetap tinggi,” kata dia. 

Adapun, purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia mencatatkan angka ekspansif 53,7 pada Januari 2022 atau naik tipis dari posisi Desember tahun lalu di level 53,5. 

Menurut data PMI IHS Markit, angka tersebut mewakili perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama lima bulan berturut-turut, dengan tingkat pemulihan terkuat sejak November 2021. 

Kondisi permintaan secara umum menguat, sebagian karena kenaikan penjualan asing yang mendukung peningkatan lebih tajam pada output manufaktur. Hal ini kemudian mendorong kenaikan aktivitas pembelian dan kenaikan tipis pada ketenagakerjaan.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Hariyadi B. Sukamdani mengatakan kalangan pengusaha masih melakukan efisiensi biaya produksi, meski terjadi peningkatan permintaan barang dari pasar domestik dan luar negeri. 

Manuver itu, kata Hariyadi, terlihat dari kecilnya realisasi serapan tenaga kerja di tengah solidnya ekspansi industri manufaktur pada awal tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper