Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu keempat Januari 2022, memperkirakan inflasi akan mencapai 0,53 persen secara bukanan (month-to-month/mtm).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara tahunan diperkirakan akan mencapai 2,15 persen (year-on-year/yoy).
“Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas bahan bakar rumah tangga [LPG] sebesar 0,12 persen mtm,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran pers, Jumat (28/1/2022).
Di samping itu, Erwin menyampaikan, terdapat beberapa komoditas yang ikut menyumbang inflasi, di antaranya daging ayam ras sebesar 0,09 persen mtm, tomat dan beras masing-masing sebesar 0,05 persen mtm, telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03 persen mtm.
Komoditas pangan bawang merah pun menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen mtm. Selain itu, terdapat juga komoditas cabai rawit, minyak goreng, jeruk, mie kering instan, bawang putih, kangkung, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Di sisi lain, Erwin menyampaikan komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah sebesar -0,05 persen mtm dan tarif angkutan udara sebesar -0,02 persen mtm.
Baca Juga
Untuk keseluruhan tahun 2022, BI memperkirakan inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran 2 hingga 4 persen.
Hal ini sejalan dengan masih memadainya penawaran agregat dalam memenuhi kenaikan permintaan agregat, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah.
BI berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya.