Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa terdapat sejumlah risiko di tingkat global yang masih perlu terus diwaspadai.
Hal ini disampaikannya dalam rapat kerja bersama dengan Menteri Keuangan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan dan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).
“Sejumlah risiko tentu saja kami sampaikan adalah risiko merebaknya pandemi Covid-19, [terutama] varian Omicron, gangguan rantai pasok global, harga energi maupun inflasi yang tinggi,” katanya.
Di pasar keuangan, Perry menyampaikan risiko yang masih perlu diwaspadai adalah normalisasi kebijakan the Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS).
Normalisasi kebijakan moneter the Fed diperkirakan akan lebih cepat dan lebih kuat, sebagai respons atas tekanan inflasi di AS yang tinggi karena kenaikan permintaan dan gangguan pasokan, serta tingginya penyebaran Covid-19 varian Omicron.
“Khususnya Fed Fund Rate, kami perkirakan akan naik empat kali mulai Maret, kemudian Juni, September, dan di akhir tahun,” jelas Perry.
Baca Juga
Dia mengatakan, hal ini tentunya akan berdampak pada kenaikan tingkat imbal hasil US Treasury, sehingga berdampak pada terbatasnya aliran modal ke negara Emerging Market, termasuk Indonesia.
“Peluang-peluang ada untuk mendorong pertumbuhan [ekonomi], tapi tentu saja ada sejumlah risiko yang perlu kita antisipasi agar tetap bisa mendukung pemulihan ekonomi Indonesia,” kata Perry.
BI memperkirakan, perekonomian global akan tumbuh sebesar 4,4 persen pada 2022, dari perkiraan 5,7 persen pada 2021.
Perry pun menyampaikan, pemulihan ekonomi global diperkirakan akan lebih seimbang, tidak hanya di AS dan China, tetap juga Eropa, Jepang, dan India.
Perkiraan tersebut tercermin dari sejumlah indikator, misalnya PMI manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen, dan penjualan ritel.