Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Iklan 2021 Diramal Naik 10 Persen, Didominasi Media Digital

PPPI memprediksi belanja iklan pada 2021 bakal naik 10 persen didominasi media digital.
Ilustrasi digital marketing/CC0
Ilustrasi digital marketing/CC0

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto memproyeksikan nilai belanja iklan atau advertising expenditure perusahaan mengalami peningkatan delapan hingga 10 persen pada 2021 jika dibandingkan dengan pada 2020. Torehan itu menjadi tren positif pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.

Perusahaan riset media Nielsen sempat mencatat nilai belanja iklan tahun 2020 ditutup naik hingga Rp299 triliun di seluruh media yang dimonitor seperti televisi (TV), cetak, radio dan digital. Capaian tersebut naik dibandingkan dengan realisasi 2019 yang berjumlah Rp182 triliun.

“Secara umum bisnisnya ada peningkatan bisa mencapai delapan hingga 10 persen dibandingkan pada 2020 mostly itu terjadi di media digital,” kata Tanoe melalui sambungan telepon, Rabu (19/1/2022).

Tanoe mengatakan belanja iklan perusahaan naik mencapai 40 persen pada lini media digital jika dibandingkan dengan torehan tahun 2020. Secara sektoral, perusahaan e-commerce dan farmasi tercatat mengalokasikan biaya iklan yang relatif besar sepanjang 2021.

Menurut dia, tren positif bisnis iklan itu bakal berlanjut untuk tahun 2022. Dia mengatakan proyeksi itu menunjukkan sinyal positif pemulihan ekonomi domestik pada tahun ini.

“Ini menandakan pemulihan ekonomi dunia usaha, perusahaan sudah menemukan saluran-saluran digital yang baru,” tuturnya.

Direktur Eksekutif Nielsen Ad Media Hellen Katherina mengatakan belanja iklan sudah menunjukkan pola pemulihan pada semester II/2020. Data Nielsen mengungkapkan 5 kategori pengiklan terbesar masih menaikkan angka belanja iklannya pada kuartal IV/2020.

"Kategori memilih untuk menaikkan belanja iklan adalah produk online service seperti e-commerce, pemerintah dan partai politik, produk perawatan wajah, rokok, dan produk perawatan rambut," ujarnya.

Kendati demikian, dia tidak menampik ada sejumlah kategori yang menurunkan bujet untuk belanja iklan tahun lalu. Kategori tersebut a.l. snek/biskuit, kopi dan teh, pasta dan sikat gigi, iklan korporasi, dan sabun.

Adapun, televisi masih menjadi ruang beriklan paling dominan, yakni di atas 70 persen. Tahun lalu, walaupun secara persentase berkurang, kumulatif belanja iklan di medium televisi tumbuh 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

"Tahun lalu, televisi bisa dikatakan cukup survive meskipun mengalami penurunan dari segi penetrasi dalam 5 tahun terakhir dari 96 persen menjadi 86 persen," jelasnya.

Sebaliknya, pertumbuhan cukup signifikan tercatat untuk ruang digital. Kendati tidak menerangkan secara spesifik berapa nilai belanja iklan di ruang digital pada 2020, Nielsen menyebut terjadi kenaikan sebanyak empat kali lipat dibandingkan dengan 2019.

Naiknya porsi belanja iklan digital di antaranya adalah disebabkan oleh banyaknya pengiklan yang mengalihkan atau menambah bujet iklan ke ruang digital selama pandemi Covid-19.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper