Bisnis.com, JAKARTA — Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia memenangkan gugatan atas sejumlah negara terkait penghentian ekspor nikel yang tengah berproses di World Trade Organization (WTO).
"Awal-awal memang kita disemprot oleh negara-negara lain. Tidak apa-apa kalau disemprot. Kita diam lalu dibawa ke WTO. Tidak apa-apa kita dibawa ke WTO. Kita punya argumentasi juga," kata Jokowi saat memberikan sambutan pada Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/1/2022).
Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan alasan menghentikan ekspor nikel adalah karena pemerintah menginginkan membuka lapangan kerja sebesar-besarnya untuk rakyat.
“Tidak tahu [Indonesia] akan menang atau kalah. Ini masih dalam proses di WTO. Ya kita harapkan menang," ujarnya.
Jokowi menegaskan, meskipun Indonesia digugat ke lembaga perdagangan internasional, tetapi kebijakan penghentian ekspor bahan mentah tetap akan berjalan. Dia ingin Indonesia mengolah bahan mentah agar lebih memiliki nilai tambah.
"Meskipun dibawa ke WTO stop bauksit tetep jalan, stop tembaga nanti tetap jalan. Inilah yang namanya nilai tambah. Kita ingin nilai tambah ada di Tanah Air sehingga memberi penerimaan negara yang sangat besar berupa royalti, penerimaan negara bukan pajak dan bisa buka lapangan kerja yang sebesar-besarnya untuk rakyat kita," tuturnya.
Lebih lanjut, Jokowi memberikan contoh kebijakan menghentikan ekspor nikel. Menurutnya, tujuh tahun lalu saat kebijakan ini belum ada, Indonesia masih mengekspor nikel yang menghasilkan pendapatan sekitar US$1 miliar. Jumlah itu setara dengan Rp14-Rp 15 triliun.
Namun, dia melanjutkan begitu Indonesia menghentikan ekspor nikel dan harus diproduksi di dalam negeri, hasil signifikan terjadi.
“Saya cek akhir tahun kemarin ekspor kita untuk besi baja, artinya besi baja ini dari nikel menghasilkan US$20,8 miliar atau setara Rp300 triliun. Bayangkan, dari Rp15 triliun melompat menjadi Rp300 triliun dan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak sekali, padahal kita tidak hanya memiliki nikel. Kita memiliki tembaga, bauksit, timah, emas. Semuanya ada. Jangan itu dikirim dalam bentuk raw material lagi. Stop," ujarnya.
Menurut Jokowi, penghentian kebijakan ekspor bahan mentah itu ditempuh dalam rangka mempercepat transformasi ekonomi menuju tatanan ekonomi yang memiliki nilai tambah yang tinggi, sebab sudah ratusan tahun Indonesia selalu mengirim bahan mentah ke negara-negara lain.
"Utamanya ke Eropa. Sejak jaman VOC, ya kita kirim bahan mentah. Yang kita kirim selalu raw material. Oleh sebab itu sejak 2020 saya sampaikan tidak bisa kita terus-teruskan. Stop. Tahun ini akhir nanti juga akan sama. Bauksit stop, nggak ada lagi ekspor bahan mentah bauksit. Tahun depan lagi stop yang namanya ekspor bahan mentah tembaga," tutur Jokowi.
Untuk diketahui, Jokowi bertolak menuju Provinsi Jawa Barat dalam rangka kunjungan kerja pada Senin (17/1). Dikutip melaui laman Sekretariat Kabinet (Setkab), dalam kunjungan kerja hari ini, Jokowi didampingi Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung,
Melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta, Kepala Negara bersama rombongan lepas landas dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 sekitar pukul 08.00 WIB.
Setibanya di Pangkalan TNI AU Husein Sastranegara, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Presiden Jokowi diagendakan untuk memberikan pengarahan pada Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
Setelahnya, Presiden Jokowi bersama rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju Pasar Sederhana, Kota Bandung untuk memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada para pedagang kaki lima dan warung.
Mengakhiri rangkaian kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Barat, Presiden Jokowi akan melakukan peninjauan terowongan 2 proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang ada di Kabupaten Purwakarta
Usai peninjauan, Presiden Jokowi bersama rombongan akan langsung kembali ke Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, dengan menggunakan rangkaian kendaraan.