Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkuat Perekonomian, Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga Pinjaman Jangka Menengah

People Bank’s of China (PBOC) memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah sebesar 10 basis poin menjadi 3,8 persen.
Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung People's Bank of China/ Bloomberg
Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung People's Bank of China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun terakhir guna memperkuat perekonomian dalam menghadapi peningkatan penyebaran virus corona.

Dilansir Bloomberg, People Bank’s of China (PBOC) memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah sebesar 10 basis poin menjadi 3,8 persen. Langkah ini diumimkan sesaat sebelum rilis data produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 4 persen pada kuartal IV/2021 dari tahun sebelumnya.

Adaun, PDB China tersebut lebih tinggi dari diproyeksi para ekonom yang memperkirakan kenaikan 3,3 persen, tetapi lebih lambat dari kuartal sebelumnya.

Belanja konsumen mengalami penurunan yang signifikan pada bulan Desember karena pemerintah memperketat kontrol guna mencegah penyebaran varian Omicron di beberapa bagian negara.

"Pertumbuhan akan terus terbebani oleh sektor properti dan tentu saja kebijakan nol kasus Covid yang akan dilanjutkan China," kata ekonom utama Oxford Economics Sian Fenner dalam sebuah wawancara di Bloomberg TV, dikutip Senin (17/1/2022).

“Angka penjualan ritel masih cukup menunjukkan bahwa kebijakan nol-Covid masih dikenakan pada konsumen, dan kami belum melihat pemulihan yang kami lihat di sektor industri,” lanjutnya.

Ekonomi China terpukul oleh gejolak pada paruh kedua tahun lalu, yang meliputi krisis energi, gagal bayar perusahaan properti, dan wabah Covid-19 yang berulang. Oleh karena itu, PBOC meningkatkan dukungannya memotong suku bunga kebijakan dan meningkatkan likuiditas.

Selama setahun penuh, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 8,1 persen, jauh di atas target pemerintah sebesar 6 persen. Pertumbuhan ini dipicu oleh lonjakan perdagangan global, dengan data pekan lalu menunjukkan ekspor dari China naik ke US$3,36 triliun pada 2021.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper