Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Bank Sentral China Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Bank sentral China atau People Bank of China (PBOC) diperkirakan menurunkan biaya pinjaman jangka menengah secepatnya pada pekan depan.
Nindya Aldila
Nindya Aldila - Bisnis.com 11 Januari 2022  |  20:22 WIB
Bank Sentral China Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga
Ilustrasi bendera nasional China - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Prediksi penurunan suku bunga di China meningkat setelah pengambil kebijakan berjanji untuk memastikan stabilitas ekonomi tahun ini.

Dilansir Bloomberg (11/1/2022), analis mata uang Scotiabank Qi Gao memperkirakan bank sentral China atau People Bank of China (PBOC) akan menurunkan biaya pinjaman jangka menengah secepatnya pada pekan depan.

Dia memperkirakan penurunan 5 - 10 basis poin dari 2,95 persen, yang akan menjadi pemangkasan pertama sejak April 2020.

Ahli Strategi Australia & New Zealand Banking Group mengatakan suku bunga satu tahun tampaknya terlalu tinggi, tanpa menentukan kapan pemangkasan bisa dilakukan. Ekonom BNP Paribas SA dan DBS Bank Ltd., juga telah menangkap kemungkinan tersebut.

Sementara itu bank sentral China memicu spekulasi pelonggaran kebijakan moneter lebih cepat daripada yang diproyeksi pada Desember untuk mengambil tindakan proaktif.

Meningkatnya penyebaran omicron dan lockdown menambah tantangan bagi ekonomi yang melemah akibat konsumsi swasta yang turun dan perlambatan pasar properti.

Di sisi lain, kebijakan ini kontras dengan AS yang memilih menaikkan suku bunga empat kali tahun ini.

Kendati demikian, tidak semuaya sepakat dengan rencana penurunan suku bunga. Ekonom China Goldman Sachs Group Inc., Hui Shan mengatakan keputusan penurunan suku bunga bergantung data pertumbuhan kredit menunjukkan permintaan yang lemah, katanya kepada Bloomberg Television.

Standard Chartered Plc., mengatakan China tidak mungkin terlalu agresif dalam siklus pengetatan The Fed karena risiko volatilitas di negara berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

china ekonomi china bank sentral china
Editor : Aprianto Cahyo Nugroho

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top