Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Plastik Berpeluang Naik di Semester II/2022, Ini Syaratnya

Investasi di industri plastik hilir berpeluang untuk bertambah pada paruh kedua tahun ini jika pada semester pertama industri mengalami pertumbuhan paling tidak 5 persen.
Ilustrasi./Bisnis Indonesia
Ilustrasi./Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi di industri plastik hilir berpeluang untuk bertambah pada paruh kedua tahun ini jika pada semester pertama industri mengalami pertumbuhan paling tidak 5 persen.

Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) sebelumnya mencatat, investasi di industri plastik hilir diperkirakan akan mencapai US$500 juta atau sekitar Rp71,17 triliun pada tahun ini. Investasi tersebut sebagian besar mengalir ke pengadaan mesin-mesin baru.

“Kita lihat nanti di semester dua, kalau semester satu tahun ini bisa pertumbuhannya di atas 5 persen secara global, ada kemungkinan investasi-investasi baru di industri hilir,” kata Fajar saat dihubungi Bisnis, Senin (17/1/2022).

Dia pun berharap prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022 tidak terjadi, sehingga pertumbuhan industri menjadi tak terkendala.

Performa plastik hilir untuk sektor makanan dan minuman yang mendominasi permintaan juga diramal akan pulih 100 persen pada tahun ini. Jika itu terjadi, rata-rata utilitas kapasitas produksi plastik hilir akan berada di angka 80 persen.

Sementara itu, utilitas industri plastik hulu mengalami penurunan tipis dari sebelumnya di atas 95 persen menjadi 92 persen pada bulan ini.

Pasalnya, sejumlah pabrikan petrokimia, seperti PT Polytama Propindo melakukan peremajaan mesin yang mengharuskan pemadaman selama 1 bulan. Hal itu sudah diantisipasi oleh industri plastik hilir dengan melakukan importasi sebagian bahan baku.

Tantangan lainnya adalah ketersediaan suku cadang permesinan yang kebanyakan masih didatangkan dari impor.

Dengan kendala kelangkaan kontainer dan mahalnya harga pengapalan, pabrikan harus bersiasat agar suku cadang mesin tetap awet, sehingga tidak perlu melakukan penggantian yang mengharuskan impor.

Adapun, pengadaan mesin-mesin baru juga mengalami penundaan mulai 6–10 bulan, karena kendala logistik tersebut.

“Selama mesin itu tidak terkendala, [utilitas] kami bisa 80 persen di industri hilir,” kata Fajar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper