Bisnis.com, JAKARTA — Produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada tahun ini ditargetkan tumbuh 5 persen menjadi 32,41 miliar liter, dari proyeksi realisasi pada 2021 sebesar 30,87 miliar liter.
Ketua Umum Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan hal itu dengan asumsi optimistis tidak terjadi gelombang baru pandemi yang menyebabkan pengetatan kegiatan masyarakat.
Tahun ini Rachmat berharap dapat memaksimalkan momentum Ramadan dan Lebaran setelah dua tahun berturut-turut tersandung larangan mudik.
"Pada situasi normal, libur Ramadan dan Lebaran dibandingkan dengan bulan sebelumnya bisa tumbuh 15 persen, dan itu menjadi booster utama untuk pertumbuhan sampai satu tahun," katanya kepada Bisnis, Rabu (12/1/2022).
Air minum dalam galon guna ulang (GGU) masih akan menjadi kontributor terbesar yakni 70 persen, sedangkan sisanya produk air minum botol dan gelas.
Adapun, pertumbuhan penjualan diproyeksikan pada angka 7 persen hingga 8 persen, mendekati tingkat sebelum pandemi yang berkisar 8 persen hingga 9 persen.
Tantangan utama untuk pertumbuhan industri pada tahun ini masih berkisar pada permintaan yang belum sepenuhnya pulih, karena pendapatan konsumen yang berkurang atau bahkan hilang. Sedangkan dari sisi produksi, wacana kenaikan harga energi diperkirakan akan memberikan tekanan signifikan.
Selain kenaikan tarif dasar listrik, penghapusan bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Pertalite juga dinilai akan menaikkan ongkos logistik.
"Kami tentu melalui lintas asosiasi terus komunikasi ke pemerintah untuk tidak melakukan kenaikan. Lalu kami juga melakukan berbagai efisiensi," ujarnya.