Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau Core Indonesia menilai bahwa pengembangan ekonomi digital sama sekali tidak memberikan efek bagi para petani kecil. Adaptasi digital itu hanya menguntungkan pelaku usaha skala besar.
Research Associate Core Indonesia Dwi Andreas menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan riset terkait dampak ekonomi digital terhadap petani. Core Indonesia sendiri hendak melihat dampaknya ke berbagai lapisan petani, mulai dari yang terkecil hingga pemain besar.
Berdasarkan riset itu, Andreas menjelaskan bahwa petani dengan lahan sempit atau kurang dari 0,5 hektare justru tidak menikmati dampak dari adaptasi teknologi digital. Petani di lapisan tersebut menurutnya kurang terpapar oleh adaptasi teknologi.
"Petani dengan lahan sempit kurang dari 0,5 hektare apakah mereka menikmati itu Jawabannya 0,00 persen. Ekonomi digital tidak berpengaruh sama sekali, tidak berefek sama sekali terhadap petani kecil," ujar Andreas pada Rabu (29/12/2021).
Lalu, di lapisan petani dengan luas lahan lebih dari 0,5 hektare, tercatat hanya 4,76 persen yang memanfaatkan teknologi informasi. Andreas menilai bahwa angka itu terbilang rendah dan cukup menggambarkan bahwa petani kecil kurang menikmati digitalisasi.
Petani yang sekaligus bergerak di pengolahan hasil pertanian tercatat 14,29 persen memanfaatkan teknologi. Lalu, individu, organisasi, dan koperasi yang membantu memasarkan produk petani tercatat 28,57 persen memanfaatkan teknologi.
Baca Juga
Jumlah terbesar ada di pedagang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri, yakni 42,86 persen memanfaatkan teknologi. Menurut Andreas, temuan itu cukup menggambarkan tren terkini di industri pertanian.
"Ketika muncul berbagai pemain baru di dunia pertanian, dengan slogannya melindungi petani, memotong rantai pasok, itu tidak dinikmati petani kecil sama sekali. Itu termasuk [dalam kategori] pedagang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri," ujar Andreas.