Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Premium Dihapus, Masyarakat Bakal Terbebani?

Rencana penghapusan BBM jenis Premium sebelumnya telah diwacanakan sejak 2017, tetapi hingga saat ini belum pernah betul-betul direalisasikan.
Pembeli BBM di SPBU Pertamina menggunakan sistem pembayaran nontunai. /Pertamina
Pembeli BBM di SPBU Pertamina menggunakan sistem pembayaran nontunai. /Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana penghapusan bahan bakar minyak bersubsidi jenis Premium oleh pemerintah kali ini terlihat lebih serius dari wacana sebelumnya. Rencana itu bakal dijalankan kendati kondisi ekonomi Indonesia masih belum pulih akibat Covid-19.

Pengamat Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan penghapusan BBM jenis Premium tidak akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat di tengah pemulihan ekonomi. Menurutnya, konsumen Premium sampai saat ini sudah semakin kecil.

"Tidak ada pengaruhnya terhadap dampak sosial akibat penghapusan subsidi. Pasalnya, subsidi Premium sudah dihapuskan sejak 2015. Subsidi dibebankan kepada Pertamina. Hanya, pemerintah mengganti dalam bentuk kompensasi jika Pertamina menjual BBM di bawah harga keekonomian," katanya kepada Bisnis, Rabu (29/12/2021).

Fahmy menilai rencana penghapusan Premium dinilai belum tentu direalisasikan pemerintah. Rencana itu sebelumnya telah diwacanakan sejak 2017, tetapi hingga saat ini belum pernah betul-betul direalisasikan.

Kendati demikian, Fahmy menilai apabila Pertalite juga dihapuskan akan mempunyai dampak terhadap inflasi, yang akan mengherus daya beli masyarakat. Pasalnya, sebagian besar konsumen sudah migrasi dari Premium ke Pertalite, dengan proporsi sekitar 62,3 persen sehingga konsumen Pertalite saat yang terbesar.

"Pada 2022 sebaiknya pemerintah menghapus Premium, tapi jangan dulu menghapus Pertalite hingga sebagian konsumen sudah migrasi dari Pertalite ke Pertamax," ungkapnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin angkat bicara mengenai penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium pada 2022.

Menurutnya, alasan bensin beroktan 88 ini akhirnya dihilangkan dari peredaran sejalan dengan rencana Indonesia menuju energi hijau, sebagaimana peta jalan yang sudah disusun oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Itu pertama dalam rangka energi hijau ya. Ini juga, dan yang kedua tentu juga ada aspek lain efisiensi, tetapi yg nomor satu itu [menuju energi hijau]. Oleh karena itu kita akan mulai 2022 ini dan secara rinci akan segera dilakukan," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper