Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyatakan industri akan mencapai pemulihan maksimal pada tahun depan. Akan tetapi hal tersebut dapat terealisasi dengan satu catatan.
Sekjen Inaplas Fajar Budiono memproyeksi pertumbuhan industri petrokimia tahun ini berkisar 3,5 persen karena masih ada kendala pada subsektor terkait pesta dan pariwisata. Tahun depan, industri kemungkinan dapat tumbuh sebesar 5 persen, masih di bawah rata-rata pertumbuhan sebelum pandemi 6 persen.
"Tahun depan mendekati, 80 persen dari sebelum pandemi. Kalau ekspornya sudah bisa tertolong, bisa [pulih ke sebelum pandemi," kata Fajar saat dihubungi Bisnis, Rabu (29/12/2021).
Fajar mengatakan peluang permintaan pasar ekspor sepanjang tahun ini terbilang besar. Namun, hal ini tak bisa dimaksimalkan karena kendala logistik akibat kelangkaan kontainer.
Adapun, optimisme pertumbuhan industri pada tahun depan juga didorong harga-harga komoditas yang mulai melandai pada akhir November 2021, setelah melonjak tajam pada September 2021.
Namun, di luar ekspektasi, koreksi harga yang cukup tinggi tersebut tidak menyurutkan pertumbuhan permintaan dan daya beli.
Baca Juga
"Koreksi harga 2021 ini cukup tinggi, khawatirnya kalau ini terus naik daya beli tergerus. Tetapi ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhan demand dan daya beli," ujarnya.
Dia juga menggarisbawahi proses pemulihan pada tahun ini berjalan cukup mulus dengan dukungan penanganan pandemi yang terkoordinasi. Selain itu, pandemi juga memunculkan segmen pasar baru di industri plastik, yakni kemasan produk terkait Covid-19 seperti hand sanitizer.
Disrupsi rantai pasok berupa kelangkaan kontainer juga menjadi catatan bagi industri, karena menghambat barang impor masuk sehingga suplai dari dalam negeri terdongkrak untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Utilisasi industri petrokimia di hulu sudah mencapai 95 persen, sedangkan di hilir tercatat sebesar 80 persen yang terdorong pertumbuhan industri makanan dan minuman yang cukup ekspansif pada kuartal III/2021.
"Di akhir tahun ini dengan PPKM level 3 ditiadakan, meningkatkan gairah orang untuk tetap melakukan perjalanan antar kota sehingga yang tadinya industri pendukung pesta dan pariwisata belum bisa di atas 50 persen [utilisasinya], sekarang sudah bisa di atas 70 persen," jelas Fajar.